SELAMAT DATANG DI BLOG KEPERAWATAN SEMOGA ILMU YANG SAYA BAGIKAN DAPAT BEERMANFAAT BAGI ANDA SEMUA

Jumat, 09 Januari 2015

Makalah luka bakar (combustio)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yang mungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan/ mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal.


1.2.Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar dan Tersiram Air Panas” diantaranya adalah :
1.  Memberikan penjelasan tentang luka bakar dan tersiram air panas
2.  Memberikan penjelasan tentang jenis-jenisnya
3.  Memberikan penjelasan tentang cara penanganannya
 4.  Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang boleh dilakukan         taupun yang tidak boleh dilakukan


1.3.Manfaat

Manfaat dari pembuatan pembuatan makalah yang berjudul “Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar dan Tersiram Air Panas” diantaranya adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian luka bakar dan tersiram air panas
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami jenis-jenisnya
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara penanganannya
4. Mahasiswa mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan taupun yang tidak boleh dilakukan
















BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Definisi

A.    Luka bakar (combustio/burn)
Luka bakar adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). Luka bakar merupakan bahaya yang potensil terjadi di setiap rumah tangga; banyak laporan menunjukkan, luka bakar oleh karena air panas/cairan panas adalah jenis yang paling sering terjadi pada anak.
 Bayi dan anak kecil lebih rentan terkena sebab rasa ingin tahu yang besar serta kulit mereka yang sangat sensitif. Luka bakar yang kecil biasanya dapat ditangani dengan aman di rumah, tapi luka bakar yang cukup luas tentu saja memerlukan perawatan medis. Yang penting ialah melakukan tindakan pencegahan sederhana di rumah.

B.     Tersiram air panas
Lepuh disebabkan oleh cairan panas dan menyebabkan kerusakan pada bagian epidermis saja, dengan pembentukan vsikel berisi air dan pengelupasan kulit. Namun anak yang masih kecil kadang mengalami keusakan seluruh ketebalan kulit akibat lepuh minor. Ada alasan kuat yang membatasi suhu maksimum air panas dirumah hanya sampai 54o C (129o F). kebanyakan lepuh terjadi di dapur : orang tua harus diberi tahu untuk menggunakan ketel listrik dengan gulungan lengkungan kawat pendek yang menurunkan risiko anak meraih dan, menarik ketel.



2.2. Etiologi

Menurut dr Sunarso K, Sp B (2009) panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Menurut A.A.GN. Asmarajaya (2003), berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

1.      Fase akut
Pada fase ini masalah yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis yang bersifat sistemik.

2.      Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh yang disertai panas/energi.

3.      Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.


2.3. Klasifikasi
                      
Perhatikan kondisi luka yang dialami anak jika tersiram air panas. Luka tersiram air panas termasuk luka bakar. Untuk memudahkan perawatan, perlu juga diketahui beratnya luka bakar tersebut. Tentukan berat ringannya, beratnya luka bakar dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
Gambar 1. Lapisan kulit normal dengan apendisesnya

Gambar 2. Kedalaman luka bakar


1.       Luka bakar derajat satu , jika kulit yang tersiram air panas memerah dan terasa nyeri. Biasanya, sembuh dalam waktu seminggu.

Description: Picture1
Gambar 3. Luka bakar derajat I

2.       Luka bakar derajat dua , bila kulit memerah, nyeri, serta timbul juga gelembung (melepuh). Ini berarti ada kerusakan pada lapisan kulit, otot, dan lemak. Umumya, bisa sembuh dalam waktu dua minggu, bila tanpa infeksi.


          Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ed/Scaldburn.jpg
Gambar 4. Luka bakar derajat II




3.       Luka bakar derajat tiga , kalau timbul kerusakan yang lebih dalam lagi. Badan yang terkena akan tampak hangus atau kehitaman.

       Description: burn14Gambar 5. Luka bakar derajat III


2.4. Penanganan Luka Bakar

A. Hal-hal yang boleh dilakukan:
1.      Bukalah pakaian
Lepaskan semua atribut yang melekat, kecuali yang melekat di luka bakar. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam penanganan medis nantinya. Dan juga untuk menurunkn suhu tubuh, terutama jika luka bakar akibat panas lingkungan.
2.      Siram dengan air bersih
Ini bertujuan untuk melokalisir kerusakan jaringan agar tidak luas. Siram dengan air mengalir atau celupkan langsung ke bak mandi selama ± 10-15 menit, tergantung keadaan. Luka bakar akibat apapun inilah perawatan pertamanya. Jika terbakar akibat bahan kimia, air dapat sebagai penetral dari bahan asam atau basa tersebut. Namun paada luka bakar berat, bukan berarti harus disiram dengan air lebih lama. Justru sebaliknya, siram air secukupnya dan usahakan segera mendapatkan tindakan medis.
3.      Mendapat perawatan medis secepatnya
Pada luka bakar berat, perlu mendapat perawatan medis sesegera mungkin, karena luka bakar akan mengkerut. Pada kasus tertentu, luka bakar akan berakibat pada tertutupnya jalan nafas, jika ini terjadi lama, bisa menyebabkan kematian. Selain itu tubuh juga kekurangan cairan, oleh sebab itu memerlukan cairan infuse agar tidak dehidrasi


B. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan :
1.      Jangan melumuri dengan kecap, margarine, salep, dan lain-lain.
Pasien dengan luka bakar yang datang kerumah sakit tidak jarang sudah dalam keadaan dilumuri kecap atau mentega, mereka beranggapan ini akan mengurangi panas dan nyeri. Ini menyulitkan dokter untuk melakukan tindakan medis karena bahan tersebut mengganggu proses pengobatan nantinya.
2.      Jangan diperban
Pembalutan yang salah justru akan memperparah keadaan. Selain itu justru akan mempersulit proses pembersihan luka. Memang perban diperlukan untuk kasus tertentu, namun sebaiknya dlakukan oleh paramedic. Dalam kasus luka bakar ada 2 pilihan perawatan dibalut atau tidak.
3.      Jangan menekuk tubuh
Posisi tubuh harus dalam menjauhi pusat luka, missal tangan, jari _ jari harus dalam keadaan terbuka, tidak boleh menggenggam.


2.5. Penanganan Tersiram Air Panas

A. Hal-hal dilakukan
1. Jangan panik
a. Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup pakaian langsung siram secara perlahan dengan air dingin selama 10 menit.
b. Bila yang tersiram adalah yang tertutup pakaian siram langsung bagian tersebut, setelah itu baru buka pakaian si kecil dengan hati-hati. Bila sulit dilakukan gunting pakaian lalu siram lagi bagian yang terluka dengan air dingin.
c.  Kompreslah dengan kain bersih yang telah dicelupkan pada air dingin sampai rasa sakit berkurang.
d. Tutup atau balut bagian tubuh yang luka dengan kasa steril untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya oleskan salep khusus luka lepuh. Jangan balut terlalu kencang, balutan harus melewati bagian yang terluka

2.    Rendam bagian tubuh yang tersiram air panas selama 15-20 menit didalam air yang sejuk bukan air dingin, misalnya air kran. Air sejuk akan menghambat perluasan kerusakan jaringan dan juga sebagai pereda nyeri sementara.


B. Yang tidak boleh dilakukan
a. Jangan mengobati luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi, kecap, mentega dan lain-lain karena dapat mengakibatkan infeksi dan membekas.
b. Jangan membalut luka dengan kapas karena akan melekat pada luka. Untuk luka bakar ringan (kemerahan tanpa melepuh) tidak perlu di tutup, untuk luka bakar sedang bisa ditutup dengan balutan kering atau kasa steril.
c.  Jangan memecahkan gelembung kulit yang timbul akibat luka. Biarkan gelembung tertutup untuk mencegah infeksi.


2.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap.
2. Analisa gas darah (bila diperlukan).
3. Rontgen : Foto Thorax
4. EKG
5. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN


3. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

1.Perawatan Luka Bakar Selama Fase Darurat/Resusitasi
a. Pengkajian
1)      Kaji luas, kedalaman luka bakar.
2)      Vital sign.
3)      Asupan dan keluaran cairan, residu urine saat pertama kali dipasang cateter.
4)      Berat jenis urine, warna urine, pH, kadar glukosa, aseton, protein serta nilai hemoglobbin.
5)      Berat badan, riwayat berat pra-luka bakar, alergi, imunisasi tetanus, masalah medik serta bedah pada masa lalu, penyakit sekarang dan penggunaan obat.
6)      Tingkat kesadaran, status fisiologik, tingkat nyeri serta kecemasan dan perilaku klien.

b.  Diagnosa keperawatan
1)      Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
2)      Hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
3)      Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan serta saraf dan dampak emosional dari luka bakar.
1.      PerencanaanDiagnosa keperawatan: Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dan perfusi organ-organ vital.
KE:
-      Kadar elektrolit (N).
-      Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg/jam.
-      TD> 90/60 mmHg.
-      N< 120 x/mt.
-      Sensori jernih.
-      Urine jernih, BJ Normal.
2.   Amati tanda vital, haluaran urine.
3.   Beri cairan intravena dengan tepat.
4.   Naikkan bagian kepala dan tinggikan ekstremitas yang terbakar.
1.   Resusitasi berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban cairan.
2.   Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.   Meningkatkan aliran balik vena.
        2. Hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
Pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat.
KE:
-      S: 361 – 383 oC.
-      Tidak ada menggigil / gemetar.
1.   Beri lingkungan yang hangat.
2.   Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan udara dingin.
3.   Kaji suhu inti tubuh dengan sering.
1.   Mengurangi kehilangan panas lewat evaporasi.
2.   Pajanan minimal mengurangi kehilangan panas lewat luka.
3.   Deteksi dini terjadinya hipotermia.
3.       Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan serta saraf dan dampak emosional dari luka bakar.
Pengendalian rasa nyeri.
KE:
-      Menyatakan tingkat nyeri menurun.
-      Tidak ada petunjuk nonverbal tentang nyeri.
1.   Kaji tingkat nyeri (skala 1-10)
2.   Beri analgetik.
3.   Beri dukungan emosional.
1.   Mengevaluasi evektivitasnya tindakan mengurangi nyeri.
2.   Menurunkan nyeri.
3.   Mengurangi ketakutan dan ansietas akibat luka bakar.

2.      Perawatan Luka Bakar Selama Fase Akut
a.       Pengkajian
1)      Kaji perubahan hemodinamika.
2)      Proses kesembuhan luka.
3)      Rasa nyeri.
4)      Respon psikososial.
5)      Deteksi dini komplikasi.
6)      Status respirasi dan cairan.
7)      Perdarahan yang berlebihan dari pembuluh darah di dekat daerah yang menjalani eksplorasi bedah dan debridement.
b.      Diagnosa keperawatan
1)      Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan pemulihan kembali integritas kapiler dan perpindahan cairan dari ruang interstisial ke dalam intravaskuler.
2)      Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun.
3)      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka.
4)      Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka bakar terbuka.
5)      Nyeri yang berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
6)      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian.
7)      Koping tidak efektif yang berhubungan dengan perasaan takut serta ansietas, berduka dan ketergantungan pada petugas kesehatan.
8)      Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan luka bakar.
9)      Kurang pengetahuan tentang proses penanganan luka bakar.
10)  PK : insufisiensi ginjal
11)  PK : Perdarahan GI
12)  PK : Ilius paralitik
13)  PK : Sepsis

4.  Evaluasi
1.    Fase Darurat/Resusitasi
1.     Pertukaran gas kembali adekuat
2.     Perfusi jaringan kembali adekuat
3.     Bersihan jalan nafas kembali efektif
4.     Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit optimal
5.     Suhu tubuh klien kembali normal (36-37˚C)
6.     Nyeri klien berkurang
2.    Fase Akut
1.     Nyeri klien berkurang
2.     Keseimbangan cairan optimal
3.     Integritas kulit membaik
4.     Pemenuhan nutrisi adekuat
5.     Pencapaian mobilitas fisik yang optimal
6.     Ansietas berkurang
7.     Klien dan keluarga paham tentang penyakitnya
8.     Resiko infeksi tidak terjadi
9.     Tidak terjadi komplikasi pada ginjal
10.                        Tidak terjadi perdarahan GI
11.                        Tidak terjadi komplikasi ileus paralitik
12.                        Tidak terjadi sepsis
3.    Fase Rehabilitasi
1.     Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2.     Klien mampu beradaptasi dengan citra tubuh yang berubah
3.     Klien dan keluarga paham tentang penyakitnya






BAB III
KESIMPULAN


3.1.Kesimpulan
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga kontak langsung dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar biasanya dinyatakan dalam derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar, dimana umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Prinsip penanganan luka bakar bergantung fase yang terjadi dimana prinsip penatalaksanaan dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan lanjut, dimana pada fase akut adalah penanggulangan syok, mengatasi gangguan pernafasan, mengatasi infeksi, eksisi luka scar dan skin graft, pemberian nutrisi dilakukan setelah keadaan umum pasien baik, sebelumnya pasien dipuasakan, rehabilitasi, penaggulangan terhadap gangguan psikologis.
Sedangkan pada fase subakut atau lanjutan dilakukan manakala penanganan fase akut yang kurang maksimal mengakibatkan perlu penanganan yang serius pada fase subakut atau lanjutan, yang meliputi 4 sistem homeostasis, yaitu kardiovaskuler, Renalis, Imonologi, dan Gastro Intestinal. Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar. Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di bawahnya.

3.2. Saran
Sebaiknya saat terjadi kecelakaan yg menyebabkan luka bakar, perlu dilihat degan teliti keaadan lukanya dan cara-cara penanganan pertamanya yang benar supaya tidak terjadi infeksi, jika luka terlampau parah maka segeralah bawa ke rumah sakit, atau pelayanan kesehatan lainya.

DAFTAR PUSTAKA


A. Bambang Darwono; F. Sutoko, Protokol Pengelolaan Luka Bakar, Bagian Bedah, FK Undip/RS dr. Kariadi.
ATLS. American College of Surgeons Committee On Trauma. 1997. First Impression. United States of America.
Basic Science of Plastic and Reconstructive Surgery. Pertemuan ilmiah berkala trigonum plus XV. Oktober 2003.
Dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP. Memahami Luka Bakar, Penanggung Jawab Medis Unit Luka Bakar RS Sanglah, Denpasar, Bali.





1 komentar: