BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat topikal adalah
obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada prinsipnya
menimbulkan efek lokal. Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di
suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh dengan
larutan, atau menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam
bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis obat dikemas dalam
bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang biasanya
dipakai untuk pengobatan ganggaun dermatologis misalnya gatal-gatal , kulit
kering, infeksi dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat
tetes (instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta
dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina, maupun rectum.
Dalam memberikan
pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar
agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, namun ada
baiknya kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya
pengobatan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam macam
farmakologi pada system integumen
2. Untuk mengetahui sediaan obat topical
serta indikasi dan kontra-indikasi obat topical pada system integumen
3. Untuk mengetahui farmakokinetik obat
topical system Integumen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Eksim
Eksim
merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak terjadi di Indonesia. Eksim
yang sering dijumpai di masyarakat antara lain eksim atopik (eksim bawaan),
iritan, dan alergi. Eksim atopik ini merupakan kondisi bawaan, biasanya
berhubungan dengan asma, alergi, dan demam. Eksim iritan disebabkan oleh
bahan-bahan yang mampu mengelupas lemak alami di kulit, seperti sabun,
deterjen, dan disinfektan. Sedangkan eksim karena alergi disebabkan oleh reaksi
imun terhadap bahan yang mengenai kulit dan baru muncul pada pemaparan kedua
dan berikutnya. Pada eksim, kulit menjadi sangat kering dan keras/berkerak
karena ketidakmampuan kulit menahan air di dalam sel-sel kulit, maka dapat dikatakan
juga kemampuan kulit sebagai barier kimia, fisik, dan biologik menurun karena
keabnormalan dinding sel di epidermis.
Tahap-tahap
eksim dimulai dari kemerahan kulit yang bisa dipicu oleh iritan atau alergen
atau faktor-faktor lainnya. Saat kemerahan, mediator inflamasi dilepaskan di
kulit sehingga menyebabkan inflamasi/peradangan, sangat gatal, terasa perih,
kering dan terkadang hingga melepuh lalu pecah. Berikut adalah ciri-ciri pada
eksim akut: kemerahan dan membengkak, timbul papula berupa sebuah gelembung
yang melepuh, eksudasi, lapisan kulit menjadi keras permukaannya (kerak), dan
bersisik. Sedangkan pada eksim kronis, permukaan kulit lebih keras dan
berkerak, lebih berpigmen/gelap, lebih tebal (karena digosok dan digaruk terus
menerus), eksudat sudah berkurang tetapi justru berkembang hingga ke jaringan
dalam kulit (lapisan dermis).
Bagi
sebagian pasien, dengan menggaruk dapat menghilangkan rasa gatal padahal itu
adalah gejala yang paling buruk. Dengan menggaruk justru turut meningkatkan pelepasan
mediator inflamasi di kulit dan memperparah rasa gatal dan juga akan semakin
membengkak. Ini juga membuat kulit semakin mudah dimasuki iritan ataupun
alergen sehingga membuat kulit kering, semakin meradang, dan juga gatal.
Begitulah siklus yang terjadi sehingga beberapa pengobatan dimaksudkan untuk
memecah siklus ini.
B. Pengobatan Eksim
Pengobatan
eksim dapat dilakukan dengan beberapa cara. Sasaran terapi eksim adalah bagian
kulit yang terkena eksim. Menurut Clark (2002), ada tiga tujuan utama terapi
eksim, yaitu: mengobati kulit dan menjaganya tetap sehat, mencegah ’flare-up’,
dan mengobati gejala yang muncul sesegera mungkin. Strategi terapi dapat
digunakan melalui strategi non farmakologis dan farmakologis. Terapi
non-farmakologis dapat dilakukan melalui pemakaian emollient (krim, losion,
salep, minyak) yang dapat melembabkan kulit, menghindari faktor pemicu
(iritan/alergen, stress, makanan), dan juga menghilangkan kebiasaan menggaruk.
Pada tahun 1999, sebuah studi menunjukkan bahwa pemakaian emollient mampu
menurunkan keparahan eksim atopik pada 89% anak-anak (Chambers and Roberts,
2003). Sedangkan terapi farmakologis yang banyak digunakan adalah pemakaian
steroid topikal tetapi terkadang digunakan juga antihistamin, oral streroid,
antibiotik, pimecrolimus, dan tacrolimus.
C. Steroid Topikal
Topikal berarti
dioleskan pada kulit, bisa berupa krim, salep, atau losion. Steroid topikal
digunakan untuk mengatasi inflamasi/peradangan yang terjadi dan efektif untuk
mengontrol ’flare-up’ yang membuat rasa gatal dan kering. Steroid bekerja
dengan mencegah pelepasan fosfolipid dari membran sel kemudian mencegah
perubahannya menjadi prostaglandin dan mediator inflamasi lainnya.
Steroid topikal ini sebaiknya digunakan saat gejala muncul pertama kali karena luka selanjutnya akan lebih sulit untuk diobati. Berikut adalah beberapa kunci pemakaian steroid topikal pada eksim:
Steroid topikal ini sebaiknya digunakan saat gejala muncul pertama kali karena luka selanjutnya akan lebih sulit untuk diobati. Berikut adalah beberapa kunci pemakaian steroid topikal pada eksim:
1. Mulailah pengobatan pada saat gejala muncul pertama
kali.
2. Pilih jenis steroid dengan potensi cocok.
3. Pakai produk dengan hemat (tidak terlalu banyak dan
terlalu sering).
4. Untuk mendapat efek yang diinginkan cukup gunakan
dalam jangka waktu singkat; jangka waktu yang lama digunakan untuk eksim akut
sedangkan untuk eksim kronis membutuhkan pengawasan dari dokter.
5. gunakan emollient (pelembab) pada waktu yang berbeda
dengan penggunaan steroid.
Steroid
sebaiknya digunakan 30 menit setelah topikal emollient atau setelah mandi
dengan bath oil atau pengganti sabun untuk menghilangkan sel-sel mati yang
dapat mengganggu absorpsi. Steroid topikal mampu menembus kulit sehingga
beberapa dapat ditemukan di dalam darah. Apabila sejumlah besar ditemukan di
dalam darah, efek samping akan muncul, antara lain penipisan kulit. Hal ini
bisa disebabkan pemakaian yang tidak tepat maka pemakaian steroid topikal
jangan sampai ke kulit normal. Dengan pemakaian yang tepat, steroid topikal
aman dan efektif untuk eksim.
D. Jenis Steroid Topikal
Steroid
topikal tersedia pada banyak kekuatan, sebaiknya dipilih yang kekuatannya
paling lemah dahulu. Para lansia dan anak-anak mempunyai kulit yang lebih tipis
sehingga steroid yang lebih lemah kekuatannya yang digunakan. Steroid topikal
mempunyai 4 macam kekuatan, yaitu lemah, sedikit kuat, kuat, dan sangat kuat.
Berikut adalah beberapa obat pilihannya:
1.
Hidrokortison (potensi:
lemah)
Nama
Generik : hydrocortisone krim 1% dan 2,5%
Nama
Dagang : Steroderm (Medikon) krim 1%;
Cortaid
(Upjohn Indonesia) salep 0,5%;
Hufacort
(Gratia Husada) krim 1% dan 2,5%.
Indikasi : radang
kulit ringan seperti eksim, ruam popok
Kontra-indikasi :
luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tak diobati; jerawat rosacea
perioral dermatitis; akne vulgaris.
Bentuk sediaan : krim
dan salep.
Dosis dan aturan
pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari (kulit harus bersih dan kering)
Efek samping : jarang
menimbulkan efek samping,
Resiko
khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak (maksimal
seminggu), penggunaan jangka panjang pada wajah, bayi di bawah 1 tahun.
2.
Ester betametason
(potensi: kuat)
Nama Generik : bethametasone
Nama Dagang : Betason
(Kimia Farma) krim 0,1%;
Corsaderm (Corsa)
krim 0,1%;
Diprosone-Ov
(Schering Plough Indonesia) salep dan krim 0,05%.
Indikasi : kelainan radang kulit yang berat seperti eksim tidak menunjukkan respons pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis.
Indikasi : kelainan radang kulit yang berat seperti eksim tidak menunjukkan respons pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis.
Kontra-indikasi :
luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tak diobati; jerawat rosacea
perioral dermatitis; akne vulgaris.
Bentuk sediaan : krim
dan salep.
Dosis dan aturan
pakai : dioleskan tipis 1-2 kali sehari, untuk lebih dari 13 tahun:
gunakan jumlah paling minim dalam jangka waktu yang pendek (tidak lebih dari 2
minggu).
Efek samping :
penekanan pituitary-adrenalaxis, sindrom Cushing, dan efek samping lokal
(penipisan kulit, dermatitis kontak, dermatitis perioral, depigmentasi ringan).
Pemberian lebih dari 100 g/minggu dari sediaan 0,1% menimbulkan penekanan
adrenal.
Resiko
khusus/peringatan : penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak (maksimal
seminggu), bayi di bawah 1 tahun, anak-anak di bawah 12 tahun,
penggunaan pada wajah dan kunci paha.
Dermatitis
merupakan masalah kulit yang kerap dijumpai dalam kehidupan sehari – hari.
Salah satu dermatitis yang sering mendapat perhatian khusus adalah dermatitis
atopi, mengingat angka kejadiannya yang cenderung terus meningkat dan dampaknya
yang berakibat pada kualitas hidup pasien maupun keluarganya. Seperti ditulis
Barnetson RSC dan Rogers M dalam British Medical Journal, kejadian dermatitis
atopi pada anak di negara maju adalah satu berbanding sepuluh dan angka ini
terus meningkat. Peningkatan disebabkan diantaranya oleh tingginya tingkat
polusi udara, maraknya binatang peliharaan, usia tua saat hamil, dan banyaknya
jenis makanan yang beredar. Disamping itu dermatitis atopi juga sangat jelas
faktor herediternya.
Lima
puluh persen kasus penderita dermatitis atopi pada anak dapat menghilang saat
remaja, namun dapat juga menetap atau bahkan baru terjadi pada usia dewasa.
Kehadiran dermatitis atopi terkadang juga menyebabkan masalah psikologis yang
cukup besar. Bahkan apabila gejala yang muncul cukup parah dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Gejala
umum dermatitis atopi yang sering dijumpai adalah rasa gatal yang hebat.
Padahal dengan menggaruk justru akan menambah gambaran klinis bahkan dapat
memperparah keadaan dengan kemungkinan timbulnya infeksi sekunder. Selain itu
juga kulit menjadi kering dan menebal (likenifikasi), disertai inflamasi dan
eksudasi yang dapat kambuh sewaktu – waktu.
Berbagai
faktor dapat memicu dematitis atopi, antara lain alergen makanan, alergen
hirup, berbagai bahan iritan, dan stress, akan tetapi seberapa besar peran
alergen makanan dan alergen hirup ini masih kontroversial. Meski pada pasien
dermatitis atopi kerap dijumpai peningkatan IgE spesifik terhadap kedua jenis
alergen ini, tetapi tidak selalu dijumpai korelasi dengan kondisi klinisnya.
Hasil tes positif terhadap suatu alergen, tidak selalu menyatakan alergen
tersebut sebagai pemicu dermatitis atopi, tetapi lebih menggambarkan bahwa
pasien telah tersensitasi terhadapnya. Secara umum, alergen makanan lebih
berperan pada dermatitis atopi usia dini. Patogenesis dermatitis atopi sampai
saat ini belum diketahui secara pasti sehingga belum ada pengobatan yang dapat
memberikan kesembuhan total pada penderita. Saat ini penatalaksanaan dermatitis
atopi memerlukan pendekatan secara sistemik dan multidimensional. Yang menjadi
sasaran terapi pada penderita ini adalah inflamasi kulit (lesi dermatitis
atopi) beserta tanda dan gejala penyakit yang muncul. Sedangkan penatalaksanaan
terapi ini ditujukan untuk mengurangi dan mengatasi inflamasi beserta tanda dan
gejala penyakit yang menyertainya seperti kekeringan kulit, gatal – gatal.
Disamping itu juga untuk mencegah/mengurangi kekambuhan, dan yang tak kalah
penting yaitu mengidentifikasi sekaligus mengeliminasi faktor pencetus.
Keberhasilan
pengobatan dermatitis atopi memerlukan pendekatan sistematik dan menyeluruh.
Walaupun berbagai cara pengobatan dasar telah digunakan masih banyak kasus
tertentu yang memerlukan pengobatan khusus. Strategi terapi untuk
penatalaksanaan penyakit ini meliputi terapi non farmakologi dan terapi secara
farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan melakukan
identifikasi dan eliminasi faktor pencetus seperti menggunting kuku,
menghindari zat iritatif (deterjen, kosmetik, keringat, dsb.), sinar matahari
dan beberapa alergen spesifik (makanan, debu, stres, infeksi dsb). Untuk terapi
farmakologi dapat dilakukan dengan memberikan obat seperti kortikosteroid
topikal, anti gatal, antibiotik, dan krim hidrasi kulit.
Diantara
obat – obat tersebut kortikosteroid topikal menjadi pilihan utama untuk
dermatitis atopi karena merupakan imunosupressan yang kuat dan sebagai anti
inflamasi. Penggunaan steroid topikal yang bersifat anti-inflamasi merupakan
dasar terapi untuk pengobatan lesi – lesi dermatitis atopi dan bila digunakan
sesuai anjuran, kortikosteroid topikal cukup aman. Kekuatan kortikosteroid yang
dipilih harus memperhatikan pada keparahan gejala dan lokasi lesi. Sebagai
contoh pemakaian kortikosteroid topikal dengan potensi kuat harus dihindarkan
dari daerah wajah, genitalia, dan daerah lipatan tubuh. Untuk daerah – daerah
tersebut obat yang secara umum direkomendasikan merupakan obat dengan potensi
ringan. Tujuanya untuk menghidari adanya potensi efek samping yang dimungkinkan
muncul. Semakin tinggi potensinya, semakin besar pula kemungkinan terjadi efek
samping. Penggunaan steroid topikal ini juga hanya ditekankan pada daerah lesi
dermatitis atopi saja sedangkan pada kulit yang tidak terlibat, cukup dengan
emolient untuk menghindari kulit kering dan proses inflamasi.
Terdapat
7 golongan kortikosteroid berdasarkan potensinya yang tentunya juga mempunyai
potensi efek samping yang berbeda pada penggunaannya, terutama jika digunakan
dalam jangka panjang. Untuk potensi obat yang sangat kuat maka hanya untuk
digunakan dalam waktu yang sangat singkat dan hanya pada lokasi yang mengalami
penebalan (likenifikasi) berat, tidak untuk wajah dan daerah lipatan. Steroid
potensi sedang dapat digunakan untuk periode yang lebih lama dan ditujukan
penggunaannya untuk lesi di badan dan ekstremitas.
POTENSI KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Nama
|
Konsentrasi dan Bentuk
Sediaan
|
Dosis
|
Potensi Sangat Tinggi
|
||
Clobetasol Propionate
|
0,05% krim, salep, aplikasi kulit kepala
|
1 – 2 x/hari
|
Halcinonide
|
0,1% krim, solution
|
2 – 3 x/hari
|
Potensi Tinggi
|
||
Amcinonide
|
0,1% krim
|
2 -3 x/hari
|
Beclometasone dipropionate
|
0,025% krim
|
2 x/hari
|
Betamethasone dipropionate
|
0,05% krim, salep, cair 0,064% krim, salep, solution
|
1 – 3 x/hari
|
Betamethasone valerate
|
0,025% krim
|
2 – 3 x/hari
|
Betamethasone valerate
|
0,1% krim, gel, lotion, salep, solution
|
1 – 3 x/hari
|
Desoximetasone
|
0,05% gel, 0,025% krim, salep
|
1 – 3 x/hari
|
Difluocortolone valerate
|
0,3% salep berlemak
|
2x/ hari
|
Difluocortolone valerate
|
0,1% krim, salep berlemak, salep
|
1 – 3 x/hari
|
Fluclorolone acetonide
|
0,025% krim
|
2 x/hari
|
Fluocinolone acetonide
|
0,025% krim, gel, salep 0,03% salep
|
1 – 3 x/hari
|
Fluocinolone acetonide
|
0,2% krim
|
2 – 3 x/hari
|
Fluocinolone acetonide
|
0,005% krim 0,01% krim, salep 0,0125% krim
|
1 – 3 x/hari
|
Fluocinonide
|
0,05% krim, salep
|
2 – 3 x/hari
|
Fluocortolone/ fluocortolone caproate
|
0,25%/0,25% krim
|
1 – 3 x/hari
|
Fluocortolone pivalate/ fluocortolone caproate
|
0,25%/0.25% salep
|
1 – 3 x/hari
|
Fluticasone propionate
|
0,05% krim, 0,005% salep
|
1 – 2 x/hari
|
Hydrocortisone aceponate
|
0,127% krim
|
1 – 2 x/hari
|
Methylprednisolone aceponate
|
0,1% krim, salep berlemak, salep
|
1 – 2 x/hari
|
Mometasone furoate
|
0,1% krim, salep, lotion
|
1 x/hari
|
Prednicarbate
|
0,25% krim
|
1 – 2 x/hari
|
Potensi Sedang
|
||
Alclometasone dipropionate
|
0, 05% krim, salep
|
2 – 3 x/hari
|
Clobetasone butyrate
|
0,05% krim, salep
|
Sampai 4 x/hari
|
Desonide
|
0,05% krim, salep, lotion
|
2 x/hari
|
Fluprednidene acetate
|
0,1% krim, solution
|
2 x/hari
|
Triamcinolone acetonide
|
0,1% krim, salep, lotion 0,2% krim, 0,02% krim
|
2 – 3x/hari
|
Potensi Rendah
|
||
Hydrocortisone
|
0,5% krim, 1% lotion, gel, krim 2,5% krim
|
2 – 3 x/hari
|
Hydrocortisone acetate
|
1% krim, salep 2,5% krim
|
2 – 3 x/hari
|
Dalam
aplikasinya sebagian besar obat sebaiknya diberikan 1 – 2 x/hari. Untuk daerah
telapak tangan dan kaki dapat diberikan lebih sering. Penggunaan kortikosteroid
topikal dengan potensi sangat tinggi hanya direkomendasikan selama 1 – 2 minggu
(paling lama 3 minggu) kemudian beralih ke potensi yang lebih ringan seiring
dengan perbaikan kondisi dan emolient untuk mencapai hidrasi kulit. Sebaiknya
obat dengan potensi sangat tinggi tidak digunakan untuk anak di bawah 1 tahun.
Efek
Samping yang mungkin terjadi selama pemakaian kortikosteroid dan senantiasa
harus dikendalikan adalah efek lokal, meliputi penipisan kulit yang dapat
membaik dengan penghentian obat, perburukan kondisi infeksi, dermatitis kontak,
jerawat pada tempat pemberian, dan hipopigmentasi reversibel. Sedangkan efek
sistemiknya dapat berupa penyerapan melalui kulit yang dapat menyebabkan
supresi sumbu pituitari – adrenal, gangguan pertumbuhan dan Sindroma Cushing.
Dalam prakteknya kortikosteroid topikal dengan potensi rendah jarang
menimbulkan efek samping begitu pula dengan potensi sedang dan tinggi juga
jarang menimbulkan masalah jika digunakan kurang dari 3 bulan.
Sebuah
studi yang dimuat dalam Journal
of the American Academy of Dermatology, Maret 2002 menyoroti
kekhawatiran tentang potensi membahayakan efek samping steroid lokal yang
digunakan untuk mengatasi masalah kulit anak. Dalam studi Fase IV, Friedlander
dkk menggunakan fluticasone topikal untuk mengatasi dermatitis pada anak. sebanyak
51 anak berusia antara 3 bulan hingga 6 tahun menerima terapi dengan krim
fluticasone propionate, 0.05% dua kali sehari selama 3 hingga 4 minggu. Semua
anak mengalami dermatitis atopi dari tingkat moderat hingga berat dan menimpa
35% atau lebih kulit tubuh mereka. Rata-rata kulit tubuh luar yang diterapi
mencapai 64% tidak ada efek samping signifikan yang dilaporkan. Fluticasone
propionate krim 0.05% terbukti aman untuk berbagai masalah kulit meski dipakai
dalam jangka waktu lebih dari 4 minggu pada anak usia mulai 3 bulan. Selain
obat-obatan topikal, dapat pula dipertimbangkan obat-obatan oral. Dermatitis
atopi berat merupakan kondisi yang serius yang dapat menurunkan kualitas hidup
anak. Karenanya anak-anak ini harus diobati dengan adekuat. Steroid oral
digunakan sebagai pilihan terakhir dan sebisa mungkin dihindari karena efek
rebound yang parah saat penghentian obat, yaitu, dermatitisnya menjadi tidak
stabil, serta efek samping jangka panjang yang cukup besar.
Scabies
disebabkan oleh mite (tungau), Sarcoptes scabiei. Scabies mites tertarik pada bau dan kehangatan dari manusia.
Tungau ini ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang
dan sering menular diantara orang-orang yang tidur besama. Kadang tungau
ditularkan melalui pakaian, seprei dan benda-benda lainnya yang digunakan
secara bersama-sama; masa hidupnya hanya sebentar dan pencucian biasa bisa
menghancurkan tungau ini. Tungau betina membuat terowongan di bawah lapisan
kulit paling atas dan menyimpan telurnya dalam lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva). Infeksi menyebabkan
gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau.
Ciri
khas dari scabies adalah gatal-gatal hebat, yang biasanya semakin memburuk pada
malam hari. Lubang tungau tampak sebagai
garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya terdapat
beruntusan kecil. Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal paling sering
ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari tangan, pada pergelangan tangan,
sikut, ketiak, di sekitar puting payudara wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan bokong
bagian bawah. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-anak dimana lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan
ini sulit untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan yang terjadi akibat
penggarukan.
Ada
banyak infeksi tungau (mite)
yang bukan merupakan scabies. Maka dari itu harus dilakukan biopsy untuk
memastikan infeksi disebabkan oleh apa. Tungau scabies pada manusia (Human scabies mites) bukan merupakan
sarcopic mange mites yang mengenai hewan. Sarcopic mange mites bisa terbawa pada manusia tetapi tidak bisa
menggali kulit manusia. Jika hewan terinfeksi tungau mange, maka meraka harus
diobati secara terpisah.
Pengobatan
ditujukan untuk membunuh tungau scabies dan mengkontrol dermatitis, yang akan
bertahan untuk beberapa bulan setelah pemberantasan tungau. Selimut dan baju
harus dicuci atau dibersihkan atau disingkirkan selama 14 hari dalam kantong
plastic. Apabila pyoderma lanjutan ada,
maka harus diobati dengan sistemik antibiotic. Kecuali kalau pengobatan ditujukan kepada semua anggota keluarga
yang terkena maka infestasi kembali akan terjadi.
Permethrin
5% cream efektif dan aman digunakan dalam terapi manajemen scabies. Pengobatan
terdirei dari aplikasi tunggal selama 8-12 jam. Kemudian bisa diulangi dalam
kurun 1 minggu.
Pasien
yang hamil harus diobati hanya bila mereka punya riwayat penyakit scabies.
Permethrin 5% cream bisa diaplikasikan sekali untuk 12 jam atau sulfur 5% – 6%
dalam petrolatum diaplikasikan setiap malam selama 3 malam dari tulang
selangkang kebawah bisa digunakan. Pasien akan terus mengalami gatal-gatal
selama beberapa minggu setelah pengobatan. Bisa digunakan triamcolone 0,1%
cream untuk mengobati dermatitis nya.
Kebanyakan
gagalnya pengobatan scabies berhubungan dengan salah pengunaan obat atau
pengobatan yang tidak tuntas. Dalam kasus ini, ulangi pengobatan dengan
permethrin sekali setiap minggu untuk 2 minggu, dengan disertai edukasi
mengenai metode dan luas permukaan yang diaplikasikan. Pada orang-orang
immunocompetent, pengobatan menggunakan ivermectin pada dosis 200 mcg/kg
efektif pada sekitar 75% kasus dengan dosis tunggal dan 95% dari kasus dengan
dua kali dosis setiap 2 minggu sekali. Pada immunosuppressed host dan mereka
dengan crusted (hyperkeratotic) scabies, kelipatan dosis dari ivermectin (
setiap 2 minggu untuk 2-3 dosis) ditambah terapi topikal dengan permethrin sekali
setiap minggu bisa efektif ketika pengobatan secara topikal dan oral terapi
gagal dilakukan. Pruritic papules yang berkepanjangan bisa diobat dengan
kortikosteroid berkekuatan sedang-tinggi atau dengan intralesional triamcolone
acetonide (2,5-5 mg/mL).
Obat
pilihan yang disarankan untuk terapi Scabies adalah Scabimite cream dengan
bahan aktif nya permethrin 5%.
a. Nama dagang di Indonesia
Scabimite cream 5% dari Galenium Pharmacia.
b. Bentuk sediaan
Cream 5% x 10 g, 30 g.
c. Farmakologi
Permethrin
bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit yaitu
melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel
dan akhirnya terjadi paralise parasit. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di
kulit, hasil metabolisme yang bersifat tidak aktif akan segera diekskresi
melalui urine. Permethrin juga diabsorbsi setelah pengaplikasian secara
topikal, tetapi kulit juga merupakan sebuah tempat metabolisme dan konjugasi
metabolit.
Pengaplikasian
5% permethrin cream biasanya cukup untuk mebuat hilang ektoparasit dan
pengurangan dari simptom (biasanya pruritus). Pengaplikasian berusalng
dibutuhkan untuk mengobati penyakit scabies diantara komunitas orang.
d. Indikasi
Permethrin cream 5% digunakan untuk terapi investasi Sarcoptes
scabiei.
e. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis
atau Pirethrin.
f. Cara pemakaian
Permethrin
cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan Permethrin cream merata pada
seluruh permukaan kulit mulai dari kepala sampai ke jari-jari kaki, terutama
daerah belakang telinga, lipatan bokong dan sela-sela jari kaki. Lama pemakaian
selama 8-12 jam. Dianjurkan pengolesan pada malam hari kemudian dicuci pada
keesokan harinya.
g. Efek samping
Dapat
timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal, eritema,
hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara dan akan
menghilang sendiri.
h. Peringatan
Infestasi
Scabies kadang diikuti dengan adanya pruritus, edema dan erythema. Pengobatan dengan Scabimite bisa
secara sementara memperburuk kondisi ini.
·
Keamanan dan
keefektifan pada anak-anak berumur kurang dari 2 bulan belum diumumkan.
·
Penggunaan selama
kehamilan dan menyusui harus berdasarkan rekomendasi dokter.
i. Keuntungan
·
Aman dan efektif untuk
digunakan dalam beberapa tingkat scabies.
·
Diaplikasikan secara
tunggal (sekali pemakaian)
·
Non-neurotoxic
scabicide.
j. Resiko khusus
·
Neonates
Tidak
ada penelitian yang secara spesifik dilakukan untuk pengujian keamanan
permethrin pada neonates, tetapi Wellcome mengadakan penelitian spesifik
tentang penggunaan perm,ethrin pada anak-anak berumur dibawah 12 tahun.
·
Ibu menyusui
Perhatian
ditujukan pada ibu yang sedang menyusui apabila menggunakan permethrin cream
5%, level dari permethrin dalam air susu setelah diaplikasikan secara topikal
diketahui sangat rendah.
·
Anak-anak
Permethrin telah
diketahui aman dan efektif bila digunakan pada anak-anak.
·
Wanita hamil
Walaupun
tidak menunjukkan adanya toksisitas reproduksi pada hewan, permethrin diketahui
dapat mencapai janin pada tikus. Karena tidak adanya penelitian tentang
penggunaan permethrin pada wanita hamil maka penggunaannya pada saat kehamilan
hanya diperbolehkan menurut saran dokter. Akan tetapi efek teratogenik tidak
akan diantisipasi.
·
Orang tua
Tidak
ada precaution spesial yang diindikasikan
Impetigo
merupakan suatu infeksi kulit superfisial (kulit bagian atas) yang disebabkan
oleh bakteri streptokokus atau bakteri stafilokokus. Penyakit impetigo ditandai
dengan adanya bula yaitu benjolan pada kulit
dengan diameter >0,5 cm dan berisi cairan yang merupakan pustula(penumpukkan nanah dalam
kulit). Gambaran klinis dari penyakit ini yaitu bula yang berdinding tipis
sehingga mudah pecah akan menimbulkan krusta (koreng) pada kulit.
Pengobatan
infeksi ini dapat digunakan antibiotik secara topikal dan oral. Tujuan
terapinya yaitu mengobati infeksi, mencegah penularan, menghilangkan rasa tidak
nyaman, dan mencegah terjadinya kekambuhan. Sasaran terapinya yaitu infeksi
bakteri streptokokus atau stafilokokus. Terapi non farmakologis untuk
pengobatan impetigo yaitu menghilangkan krusta dengan cara mandi selama 20-30
menit disertai mengelupaskan krusta
dengan handuk basah dan bila perlu olesi dengan zat antibakteri, mencegah
menggaruk daerah lecet atau dapat dilakukan dengan menutup daerah yang lecet
dengan perban tahan air dan memotong kuku, lanjutkan pengobatan sampai semua
luka lecet sembuh.Terapi farmakologis yang digunakan yaitu menggunakan
antibiotik topikal atau antibiotik per-oral. Penggunaan antibiotik per-oral
diberikan jika pasien sensitif terhadap antibiotik topikal dan kondisi penyakit
atau lesi yang ditimbulkan sudah parah (lesi lebih luas). Antibiotik topikal
yang dapat digunakan yaitu mupirocin dan asam fusidat.
Antibiotik per-oral
yang dapat digunakan yaitu eritromisin dan flukloksasilin.
Pilihan obat
·
Antibiotik topikal
1. Mupirocin
Nama
Generik : Mupirocin
Nama paten : BACTROBAN (GlaxoSmithKline)
Brand
name :
Bactoderm (Ikapharmindo)
Indikasi : infeksi kulit primer akut, misalnya impetigo, folikulitis,
furunkulosis
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap mupirocin
Bentuk
sediaan : salep dan krim
Dosis : salep→oleskan 3x/hr selama 10 hari, krim→oleskan 3x/hr, jika perlu daerah yang diobati ditutup dengan
kasa, lakukan evaluasi jika tidak ada respon klinis dalam 3-5 hari
Efek
samping : rasa terbakar, gatal, rasa tersengat,
kemerahan
Peringatan : hindari kontak dengan mata.
Hati-hati penggunaan pada gangguan ginjal sedang sampai berat,
hamil, lakatasi. Hentikan penggunaan jika terjadi reaksi sensitivitas
atau reaksi kimia. Tidak untuk digunakan pada permukaan mukosa. Penggunaan jangka panjang menyebabkan pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.
2. Asam Fusidat
Nama
Generik : Asam Fusidat
Brand
name : Afucid (Ferron), Fusycom
(Combiphar), Fuladic (Guardian), Futaderm (Interbat)
Indikasi : Impetigo kontagiosum,
folikulitis superfisdial, furunkulosis, sikosis barbae, hidradenitis akselaris,
abses, paronikia, eritrasma
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap asam
fusidat.
Bentuk sediaan : salep(Na fusidat) dan krim
(asam fusidat)
Dosis : tanpa pembalut/kasa steril : gunakan 3-4x/hari dengan pembalut/kasa steril : gunakan lebih sering lama
terapi kurang lebih 7 hari.
Efek
samping : reaksi sensitifitas misalnya ruam kulit, urtikaria, iritasi
Peringatan : hindari penggunaan pada
bagian mata. Penggunaan jangka dapat meningkatkan
resiko sensitisasi kulit dan resistensi bakteri. Hamil trimester pertama. Bayi baru lahir.
·
Antibiotik per-oral
1.
Eritromisin
Nama
Generik : Eritromisin
Nama
paten
: ERYTHROCIN (Abbott)
Brand
name : Corsatrocin (Corsa).
Indikasi : infeksi saluran nafas bagian
atas dan bawah tonsilitas, abses peritonsiler, faringitis, laringitis,
sinusitis, infeksi sekunder pada demam dan flu, trakeitis, bronkitis akut
dan kronis, pneunomia, bronkiektaksis. Infeksi telinga: otitis media dan
eksternal, mastoiditis. Infeksi oral : gingivitis, angina vincenti.
Infeksi mata: blefaritis. Infeksi kulit dan jaringan
lunak: furunkel dan karbunkel, paronikia, abses, akne pustularis, impetigo, selulitis, erisipelas.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap
eritromisin, penyakit hati.
Bentuk sediaan : tablet atau kapsul
Dosis : dewasa 1-2g/hr tiap 6, 8 atau
12 jam. Infeksi berat 4g/hr dalam dosis terbagi.
Anak 30-50 mg/kgBB/hr tiap 6, 8 atau 12 jam. Bayi-2tahun 125mg 4x/hr, 2-8tahun
250 mg 4x/hr atau 500 mg tiap12jam Sebelum atau pada waktu makan.
Efek
samping : jarang: hepatotoksik, ototoksik.
Gangguan GI : mual, muntah, nyeri perut,diare.
Urtikaria, ruam dan reaksi alergi
lainya.
Peringatan : gangguan ginjal, gangguan
fungsi hati, porfiria, kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI)
2.
Flukloksasilin
Nama
Generik : flukloksasilin Na monohidrat
Brand
name : FLOXAPEN (GlaxoSmithKline)
Indikasi : infeksi bakteri gram(+)
termasuk yang resisten penisilin.
Infeksi karena stapilokokus terutama pada kulit (impetigo,
selulitis)
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap
penisilin, bayi yang lahir dari ibu yang
hipersensitif penisilin.
Bentuk sediaan : kapsul (250 mg, 500mg)
Dosis : dewasa 250-500 mg tiap 8 jam (3x/hr).
Anak <2tahun 62,5mg 3x/hr
(tiap 8 jam), 2-10tahun 125 mg 3x/hr (tiap 8
jam)
Efek
samping : mual, muntah, nyeri perut,
diare.Urtikaria, ruam kulit, kadang terjadi reaksi anafilaktik.
Peringatan : hipersensitif penisilin,
gangguan ginjal, leukimia limfatik
Kulit
merupakan organ terbesar pada tubuh, kira-kira sebesar 17% dari berat tubuh
manusia. Ketebalan kulit berkisar antara 3-5mm. Fungsi utama dari kulit adalah
untuk melindungi struktur dibawahnya dari trauma, perbedaan suhu, masuknya
benda-benda yang berbahaya ke dalam kulit, kelembaban, radiasi, dan invasi
mikroorganisme. Lapisan kulit ada tiga, yaitu epidermis yang mempunyai fungsi
utama sebagai barrier tubuh, dermis yang mempunyai fungsi utama untuk menjaga
tubuh dari luka mekanis dan mendukung dermal appendage dan epidermis, dan
jaringan subkutan yang mempunyai fungsi utama mendukung dermis dan epidermis,
dan sebagai tempat penimbunan lemak.
Dermatitis
atopik (DA) merupakan penyakit yang kronik, kambuhan, gatal dan radang yang
juga dikenal dengan nama atopic eczema. Dermatitis atopik sering disebut eksim
ringan. Umumnya DA menyebar pada permukaan bagian utama tubuh. Wajah, kulit
kepala dan leher. Dermatitis atopik sering disertai xerosis atau kekeringan,
terbakar, dan daerah yang tidak radang meluas ke seluruh tubuh. Dermatitis
tidak hanya menyebabkan gatal, namun perlindungan lapisan kulit menjadi tidak
normal. Mudah teririasi karena alergi. Penyebab DA adalah komplikasi genetik,
lingkungan, dan mekanisme imunologi yang secara lengkap tidak dapat diketahui.
Komponen turunan tertentu dari etiologi DA sangat kuat. Enam puluh persen
anak-anak dengan salah satu orangtua yang menderita DA juga mengalami DA.
Delapan puluh persen anak-anak dengan kedua orangtua mengalami DA juga akan
mengalami DA. Jika ayah terkena DA dan asma, merupakan resiko yang sangat kuat
dibandingkan dengan sejarah ibu. Hampir semua pasien dengan DA ditemukan
mengalami peningkatan eosinofil dan IgE yang umumnya ditemukan pada pasien
dengan rhinitis alergi atau asma, dan 80% anak-anak dengan DA secepatnya akan
mengalami perkembangan dari salah satu penyakit imunologi atau alergi.
Anak-anak dengan DA lebih sering mengalami asma kambuhan daripada anak-anak
asma tanpa DA. Karakteristik dari penyakit DA yaitu peningkatan pengurangan air
pada transepidermal dan penurunan fungsi barrier lapisan kulit bagian bawah.
Gatal
yang terus menerus dan reaktivitas kulit adalah tanda dari penyakit DA. Luka
ruam yang akut mengalami gatal yang intens. Luka gatal ini jika digaruk akan
mengeluarkan eksudat. Luka subakut lebih tebal, lebih pucat, bersisik dan
kemerahan. Luka kronik memiliki karakteristik penebalan, noda-noda tonjolan,
dan tonjolan jaringan fibrosa.
Gejala-gejala
dapat menjadi indikasi adanya AD. Peningkat IgE dan eosinofilia ditemukan pada
hampir semua pasien dengan DA. Dalam hal ini tidak dapat dilakukan tes
laboratorium tunggal. Untuk mendiagnosis DA, karena beberapa pasien tidak
menunjukkan adanya abnormalitas. Tes skin prick atau tes enzyme-linked
immunosorbent assay dapat digunakan untuk mengidentifikasi DA. Bias dilakukan
tes alergi tapi tidak cukup spesifik atau sensitif untuk mendiagnosis DA.
Pemicu
imunologi dapat berpengaruh pada perkembangan DA, yaitu allergen makanan dan
aeroallergen. Macam-macam allergen menyebabkan 85% pasien DA hasil tes serum
IgE antibodinya positif. Dermatitis atopik juga biasa disebabkan karena
aeroallergen (sampah, pollen, dll). Tes alergi hewan peliharaan juga dapat
dilakukan. Alergi makanan juga dapat menjadi faktor DA. Telur, susu, kacang dan
gandum tercatat hampir 90% menjadi allergen makanan pada anak dengan DA.
Walaupun allergen makanan sudah dihindari namun kondisi akan tetap sampai 1-3
tahun kemudian.
Air
susu ibu merupakan hipolergenik terbesar sebagai nutrisi bayi, kecuali jika ibu
menyusui berdiet khusus selama menyusui. Situasi stres karena pasien frustasi
akibat gatal sering terjadi. Namun stres sendiri tidak menyebabkan DA.
Mengetahui irritan juga diperlukan, contohnya sabun, detergen, baju, rokok,
temperatur, kelemababan dapat menjadi faktor walau sinar UV menguntungkan untuk
beberapa pasien, tapi sunscreen tetap diperlukan untuk menghindari sunburn atau
terbakar sinar matahari. Namun bahan kimia sunscreen seringkali dapat
menyebabkan dermatitis.
Saat
ini DA tidak dapat disembuhkan. Kondisi ini membutuhkan rencana manajemen
termasuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu luar, memelihara kulit dan
menggunakan beberapa pilihan terapetik untuk mengurangi gejala. Tetapi harus
secara individual dan pendekatan secara multipronged harus dilakukan. Tujuan dari
terapi DA adalah untuk mengurangi gejala, mencegah flares-ups dan meningkatkan
kualtas hidup tanpa penyakit atau tanpa komplikasi pengobatan. Sedangkan
sasaran terapi DA adalah menghilangkan gejala DA.
Strategi terapi DA dapat dilakukan baik secara non farmakologis maupun farmakologis. Rekomendasi terapi nonfarmakologi bisa termasuk menghindari kontak dengan parfum, sabun berwarna dan detergen. Menggunakan cara 2 kali bilas untuk cucian, menghindari fluktuasi temperatur yang ekstrim, dan lain sebagainya. Tabir surya harus digunakan pada pasien dengan DA, tapi penggunaan agen nonkimia seperti tabir surya, titanium atau zinc oxide mungkin bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut atau kontak dermatitis. Terapi farmakologis DA dapat dilakukan dengan menggunakan kortikosteroid topikal, antihistamin, imunomodulator topikal, dan sediaan tar.
Strategi terapi DA dapat dilakukan baik secara non farmakologis maupun farmakologis. Rekomendasi terapi nonfarmakologi bisa termasuk menghindari kontak dengan parfum, sabun berwarna dan detergen. Menggunakan cara 2 kali bilas untuk cucian, menghindari fluktuasi temperatur yang ekstrim, dan lain sebagainya. Tabir surya harus digunakan pada pasien dengan DA, tapi penggunaan agen nonkimia seperti tabir surya, titanium atau zinc oxide mungkin bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut atau kontak dermatitis. Terapi farmakologis DA dapat dilakukan dengan menggunakan kortikosteroid topikal, antihistamin, imunomodulator topikal, dan sediaan tar.
Pada
terapi, sangat penting untuk memilih bentuk sediaan obat. Jika lukanya basah
maka harus dikeringkan, jika lukanya kering maka harus dibasahkan. Sediaan
basah sangat berguna pada luka akut yang kering, luka radang sedangkan basis
salep sangat berguna untuk luka kronik, penebalan. Pemilihan pembawa untuk luka
kronik berdasarkan kecocokan pasien. Seringkali pasien dengan penyakit kulit
kronis menggunakan berbagai tipe pembawa contohnya basis krim yang kering pada
pagi hari dan basis salep pada malam hari walaupun berminyak namun merupakan
emollient yang lebih baik. Formulasi obat dermatologik yang tersedia adalah
larutan, suspensi, lotion kocok, serbuk, lotion, emulsi, gel, krim, salep dan
aerosol.
Kortikosteroid
topikal merupakan obat yang biasa digunakan dalam menangani inflamasi dan
pruritus yang disebabkan oleh DA. Kortikosteroid topikal digunakan untuk
pengobatan reaktif dalam jangka pendek untuk flare-ups akut. Penggunaan kortikosteroid
topikal harus ditambah dengan emollients. Adapun obat-obat yang termasuk
golongan kortikosteroid yaitu hidrokortison, prednisolon, derivat 9-α-fluor
(triamcinolon, deksametason, betametason), derivat 6-α-fluor, derivat difluor
(flutikason, flumitason), derivat klor (beklometason, mometason), derivat
klor-fluor (klobetasol, fluklorolon).
Triamcinolon
merupakan kortikosteroid sintetik poten yang digunakan untuk mengobati sejumlah
autoimun dan kondisi alergi. Triamcinolon acetonide merupakan kortikosteroid
terhalogenasi pertama yang digunakan secara topikal dengan luas dan ketika
dikenalkan pertama kali ditemukan secara dramatis lebih efektif daripada
beberapa dermatitis topikal sebelumnya. Triamcinolon merupakan kortikosteroid
topikal pertama yang mempunyai efek terapeutik pada psoriasis.
I. Penggunaan
Triamcinolon Topikal
§ Indikasi: inflamasi dermatitis yang responsif terhadap
steroid.
§ Kontraindikasi: hipersensitif terhadap triamcinolon
atau bahan lain dalam formulasi, infeksi jamur sistemik, infeksi serius
(kecuali septic shock dan tuberculous meningitis), terapi utama pada keadaan
asmatikus, infeksi jamur, virus atau bakteri pada mulut dan tenggorokan.
§ Peringatan: jangan digunakan pada kulit terbuka atau
luka.
§ Efek samping: gatal-gatal, alergi dermatitis kontak,
kekeringan, folikulitis, infeksi kulit (kedua), hipertrikosis, erupsi
menyerupai bentuk jerawat, hipopigmentasi, maserasi kulit, atrofi kulit,
striae, miliaria, dermatitis perioral, atrofi mukosa oral.
§ Farmakologi: triamcinolon merupakan kortikosteroid
terfluorinasi sintesis yang aktivitas glukokortikoid-nya meningkat hebat dan
aktivitas mineralkortikoid-nya banyak berkurang dibanding kortisol. Aksi
antiinflamasi triamcinolon adalah mensupresi atau mencegah tanda-tanda
inflamasi seperti panas lokal, kemerahan, lembek, bengkak, tanpa menghiraukan
penyebabnya. Mikroskopik utama awal (dilatasi kapiler, oedema, migrasi leukosit
dan fagosit) dan tanda-tanda berikutnya (proliferasi kapiler dan fibroblas,
deposisi kolagen) terhambat. Beberapa hal utama ini muncul karena terbentuknya
inhibitor fosfolipase, lipokortin yang menurunkan suplai asam arakidonat untuk
sintesis prostaglandin dan leukotrien.
§ Mekanisme aksi: menurunkan inflamasi dengan menekan
migrasi leukosit polimorfonuklear dan menurunkan permeabilitas kapiler, menekan
sistem imun dengan menurunkan aktivitas dan volum sistem limfatik, menekan
fungsi adrenal (pada dosis tinggi).
§ Dosis: cream dan ionment à aplikasikan lapisan tipis
pada daerah dikehendaki 2 – 4 kali sehari; spray à aplikasikan pada daerah yang
dikehendaki 3 – 4 kali sehari.
§ Nama dagang triamcinolon di Indonesia yaitu: Kenacort
A®, Kenalog in orabase®, Ketricin
Dermatitis
atopik merupakan penyakit kulit sangat gatal berupa bercak kemerahan bersisik,
terdapat pada wajah dan daerah-daerah lipatan yang bisa menjadi basah dan
mengering seperti koreng. Garukan dan gesekan akan menyebabkan infeksi, penebalan
kulit dan likenifikasi.
Dermatitis
atopik dibagi menjadi tiga fase yaitu:
1. Dermatitis
atopik fase infantil (bayi usia 0-2 tahun)
2. Dermatitis
atopik fase anak (anak usia 2-12 tahun)
3.Dermatitis
atopik fase dewasa (usia 12-18 tahun)
Faktor
pencetus
1. Penggunaan
sabun atau detergen, bahan kimia yang dapat memicu rasa gatal pada kulit
2. Pakaian
dari bahan wol atau berserat kasar
3. Keringat
berlebihan, disebabkan lingkungan yang bersuhu panas/dingin dan kelembaban tinggi
atau rendah, sinar matahari.
4. Akibat tungau debu
rumah, bulu binatang, serbuk sari, karpet, dll.
Dermatitis
atopik merupakan kondisi kambuhan yang dimulai pada masa anak-anak dan kadang
terus berlanjut sampai manula. Dermatitis atopik tidak menular. Penyakit ini
tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak
negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami dermatitis atopik dan
keluarganya.
Kecenderungan
penderita dermatitis atopik yaitu sebagai berikut:
1. 5% dari anak-anak berusia kurang dari 5 tahun
2. 25% punya riwayat keluarga dengan asma, hay fever, konjungtivitis atau dermatitis dengan diastesi atopik.
2. 25% punya riwayat keluarga dengan asma, hay fever, konjungtivitis atau dermatitis dengan diastesi atopik.
3. kadar IgE serum meningkat
Sasaran
Terapi untuk penyakit dermatitis atopik ini lebih untuk mengatasi kekeringan kulit yang timbul, menghilangkan inflamasi, mengurangi rasa gatal, mengidentifikasi dan menghilangkan faktor pencetus.
Terapi untuk penyakit dermatitis atopik ini lebih untuk mengatasi kekeringan kulit yang timbul, menghilangkan inflamasi, mengurangi rasa gatal, mengidentifikasi dan menghilangkan faktor pencetus.
Tujuan
Perawatan dan pengobatan dermatitis atopik harus dilakukan mengingat penyakit ini kronis dan sangat mengganggu. Banyak faktor yang menyebabkan kambuh antara lain alergen, infeksi kulit, iritasi, berkeringat, kedinginan, stress. Oleh karena itu pengobatan pada dasarnya dengan menghindari hal-hal tersebut. Tujuan dari terapi dermatitis atopik yaitu untuk (1) melembutkan kulit dengan emolien, (2) mengurangi rasa gatal dengan antihistamin oral, (3) mengurangi inflamasi dengan steroid topikal atau dengan tacrolimus topikal.
Perawatan dan pengobatan dermatitis atopik harus dilakukan mengingat penyakit ini kronis dan sangat mengganggu. Banyak faktor yang menyebabkan kambuh antara lain alergen, infeksi kulit, iritasi, berkeringat, kedinginan, stress. Oleh karena itu pengobatan pada dasarnya dengan menghindari hal-hal tersebut. Tujuan dari terapi dermatitis atopik yaitu untuk (1) melembutkan kulit dengan emolien, (2) mengurangi rasa gatal dengan antihistamin oral, (3) mengurangi inflamasi dengan steroid topikal atau dengan tacrolimus topikal.
Strategi Terapi
Dermatitis atopik
merupakan reaksi hipersensitivitas dan dapat kambuh hingga usia dewasa sehingga
mungkin sulit untuk diatasi. Namun terapi tetap dapat dilakukan dengan pinsip
melembabkan kulit dengan menggunakan emolien dan mengurangi rasa gatal dengan
antihistamin oral ditambah dengan penggunaan NSAID untuk mengurangi
inflamasinya. Pada terapi kali ini akan dijelaskan tentang penggunaan
tacrolimus topikal untuk pengobatan dermatitis atopik.
Terapi Farmakologis
Tacrolimus
Tacrolimus merupakan
hasil fermentasi dari Streptomyces tsukubaensis dan diisolasi pertama kali pada
tahun 1984. Tacrolimus bekerja dengan menghambat transkripsi gen pembentuk
sitokin pada limfosit T. Tacrolimus memiliki aktivitas immunosupresif seperti
cyclosporine, namun dengan volume yang sama tacrolimus memiliki daya yang lebih
kuat. Tacrolimus dapat digunakan pada preparat topikal untuk terapi dermatitis
atopik berat.
·
Indikasi:
Untuk terapi jangka panjang dan pendek dermatitis atopik
Untuk terapi jangka panjang dan pendek dermatitis atopik
·
Kontra indikasi:
hipersensitif terhadap makrolid
Bentuk sediaan :
Salep 0.03% x 10 g
Salep 0.1% x 10 g
Dosis:
a. Dewasa : oleskan tipis (kandungan salep 0.03% – 0.1%) pada daerah kulit yang terkena, lanjutkan sampai satu minggu hingga gejala dan tanda dari dermatitis atopik hilang.
a. Dewasa : oleskan tipis (kandungan salep 0.03% – 0.1%) pada daerah kulit yang terkena, lanjutkan sampai satu minggu hingga gejala dan tanda dari dermatitis atopik hilang.
b. Anak (usia kurang
dari 2 tahun) : oleskan tipis (kandungan salep 0.03%) pada daerah kulit yang
terkena, lanjutkan sampai satu minggu hingga gejala dan tanda dari dermatitis
atopik hilang.
Efek samping:
– Rasa panas terbakar,
tersengat atau gatal biasanya bersifat ringan sampai sedang dan cenderung membaik
dalam waktu 1 minggu terapi.
– Penglihatan kabur
– Masalah liver &
ginjal (Nefrotoksik)
– Tremor, hipertensi,
hipomagnesemia, kram, neuropathy
– Meningkatnya terjadinya
infeksi jamur, virus
– Diare, muntah
– Kurangnya nafsu
makan
– Insomia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat topical adalah obat yang
diberikan dengan cara mengoleskan
dan memberikan efek local missal pada
kulit yang bertujuan untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut, pada
mata yang yang biasa berbentuk tetes mata yang bertujuan untuk mengobati
gangguan pada mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan ‘struktur internal
mata, untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata,untuk
mencegah kekeringan pada mata dan juga pemberian obat topical pada telinga yang
bertujuan untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh
organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal), menghilangkan nyeri.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca setelah
selesai membaca makalah ini supaya dapat memahai pengertian obat topical dan
cara pemberian obat topical
DAFTAR PUSTAKA
1. Davey, P., 2003, At a Glance MEDICINE, Erlangga,
Jakarta.
2. Tatro, D. S., 2004, A to Z Drugs Facts, 5th Edition,
Wolters Kluwer Health, Inc., USA
3. Amiruddin M D, 2005, Penatalaksanaan Dermatitis
Atopik. Jurnal Med Nus Vol.
26 No. 1 Januari-Maret 2005.
4. Corwin, Elizabeth, J, 2000, Buku
Saku Patofisiologi, 606-607, EGC, Jakarta.
5. Tan, H. T., dan Rahardja, K., 2003, Obat-obat Penting,
688 – 690, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar