BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa fertilisasi
terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii, maka terbentuklah
zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dau, mepat, delapan, enam belas
dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula. Di dalam morula terdapat
rongga yang disebut blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba
fallopii, bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut
troboplas, yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap
makanan dan merupakan calon plasenta, sedangkan masa didalamnya disebut simpul
embrio (embrionik klot) yang merupakan calon janin. Blastosit ini berjalan
menuju uterus untuk mengadakan implantasi. Mesoderm connecting stalk yang juga
memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah
dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat atau funiculus
umbilicalis.
Pada tahap awal perkembangan, rongga perut
masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak
ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan
ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam
rongga abdomen janin yang telah membesar. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan
tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga
korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan
dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
B. Tujuan
1.Tujuan Umum.
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan
penanganan tentang macam macam kelainan tali pusat.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan tanda-tanda bayi terlilit
tali pusat.
b. Dapat menyebutkan penyebab terjadinya lilitan
tali pusat.
c. Dapat menjelaskan cara mengatasi lilitan tali
pusat
d. Dapat menjelaskan apa
itu prolaps tali pusat
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tali pusat atau funiculus
umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan.
Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan
menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran
ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
-Letak : Funiculus
umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus
fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus
umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
-Bentuk : Funiculus
umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai
ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
-Ukuran : Pada saat aterm
funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup
untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat
menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama
dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering.
Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik
janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat
terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin
atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada
saat persalinan.
2.2 Stuktur Tali Pusat
-Amnion : Menutupi funiculus
umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta.
Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen.
Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.
-Tiga pembuluh darah :
Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang,
tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang
menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling
berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah
kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/
menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif
lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak.
Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
- Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan
memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang
terletak di dalam spatium choriodeciduale.
- Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk
sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke
dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
-Jeli Wharton : Merupakan
zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus
umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari
mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah
tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk
janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali
pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini
kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di
dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus
umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
2.3 Fungsi Tali Pusat
Fungsi tali pusat yaitu :
-Sebagai saluran yang
menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat
asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih
dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
-Saluran pertukaran
bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar
melalui arteri umbilicalis.
2.4 Sirkulasi Tali Pusat
Fetus yang sedang membesar
di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus
dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang
dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan
menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk
memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu
fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16
kehamilan.
Gambar 1.1 Letak janin dalam kandungan ibu
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti
“Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi
dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan
aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah
yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang
terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus
dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh
seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran
dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen,
nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara
ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam
vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana
dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam
mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran
ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen
dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui
plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada
jangkitan penyakit.
2.5 Kelainan Letak Tali Pusat
Tali pusat secara normal
berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada
beberapa yang memiliki kelainan letak seperti :
1. Insersi tali pusat Battledore : Pada kasus ini tali pusat
terhubung ke palin pinggir plasenta seperti bentuk bet tenis meja. Kondisi ini
tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
2. Insersi tali pusat Velamentous : Tali
pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh
darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak
plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus
bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
A. lilitan tali pusat
Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk lilitan sekitar badan ,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi. Keadaan ini dijumpai pada ait ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan bayinya yang kecil.
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
(Sarwono, 2008).
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit. (Sarwono, 2008).
Tali pusat sangatlah penting. Janin bebas bergerak dalam
cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik.
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar
kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Tali pusat dapat membentuk
lilitan sekitar badan, bahu, tungkai atas / bawah, leher. Keadaan ini dijumpai
pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan bayinya yang
kecil.
Sebenarnya lilitan tali pusat tidaklah terlalu membahayakan namun, menjadi
bahaya ketika memasuki proses persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules)
dan kepala janin turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa
menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter, juga
menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat.
Akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi
hipoksia.
B. Etiologi
Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya kehamilan janin belum memasuki
bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan jumlah air ketuban
berlebihan ( polihidramnion) kemungkinan bayi terlilit tali pusat.
Tali pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali
pusat bayi rata-rata 50 – 60 cm, namun tiap bayi mempunyai tali pusat
bebeda-beda. Dikatakan panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika
kurang dari 30 cm.
Puntiran tali pusat secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi pada
trimester pertama dan kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin
melalui tali pusat terhambat total. Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi
bergerak bebas.
Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal
tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia /
kekurangan oksigen.
C. Diagnosa
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
1. Pada bayi dengan
usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau
bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali
pusat.
2. Pada janin letak
sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar
janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali
pusat.
3. Dalam kehamilan
dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat
dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4. Dalam proses
persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat
dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama
pada saat kontraksi rahim.
5. Infeksi Tali Pusat
( Tetanus Neonatorum )
D. Penyebab Bayi Meninggal Karena Tali Pusat
1.
Puntiran tali pusat
secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi pada trimester pertama dan
kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat
terhambat total. Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi bergerak bebas.
2.
Lilitan tali pusat pada
bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal tersebut menyebabkan
kompresi tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia / kekurangan oksigen.
E. Tanda- Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat
1.
Pada bayi dengan usia
kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala / bokong)
belum memasuki bagian atas rongga panggul.
2.
Pada janin letak sungsang
/ lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha memutar janin (versi luar
/ knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
3.
Tanda penurunan DJJ
dibawah normal, terutama pada saat kontraksi.
#gambar diambil dari USG
F. Cara Mengatasinya
1.
Memberikan oksigen pada
ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama
dengan DJJ akan semakin lambat (Bradikardia), persalinan harus segera diakhiri
dengan operasi Caesar.
2.
Melalui pemeriksaan
teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah ada gambaran tali pusat
disekitar leher. Namun tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat
tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau
tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna (Coller Doppen) atau USG tiga
dimensi, dan dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak
dileher, atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya
lilitan tersebut.( Conectique.com >> Pregnancy : Waspadai ,Janin
Terlilit Tali Pusat )
3.
Dalam pimpinan persalinan
terutama kala dua observasi, DJJ sangatlah penting segera setelah his dan
refleks mengejan. Kejadian distress janin merupakan indikasi untuk
menyelesaikan persalinan sehingga bayi dapat diselamatkan. Jika tali pusat
melilit longgar dileher bayi, lepaskan melewati kepala bayi namun jika tali
pusat melilit erat dileher, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di dua
tempat, kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan segera.
Dalam situasi terpaksa bidan dapat melakukan pemotongan tali pusat pada
waktu pertolongan persalinan bayi.
G. Penatalaksanaan
Melakukan pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah ada
gambaran tali pusat disekitar leher. Namun tidak dapat dipastikan sepenuhnya
bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai
erat atau tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna (Coller Doppen) atau USG
tiga dimensi, dan dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak
dileher, atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya
lilitan tersebut.
H. PROLAPS
TALIPUSAT
Prolaps
tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200
kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu,
diperlukan keputusan yang matang dan pengelolaan segera.
Prolapsus tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
· Tali pusat terkemuka atau terdepan,
bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan ketuban masih intak atau jika tali pusat berada di samping
bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, dan lebih rendah dari bagian bawah
janin sedang ketuban masih intak atau belum pecah
· Tali pusat
menumbung, disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar
atau berada di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir,
bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan turun
ke vagina.
· Occult
prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina.
Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.
Insiden Prolaps Tali Pusat
Mortalitas
terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar 11-17 %. Insiden terjadinya
prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1
: 200 kelahiran, tetapi insiden dari occult prolapse 50 % tidak diketahui, antara lain :
1. 0,5 % pada presentasi
kepala
2. 5 % letak sungsang
3. 15 % pada presentasi kaki
4. 20 % letak lintang
Beberapa
kejadian occult prolapse menyebabkan satu atau lebih kejadian dengan
diagnosa kompresi tali pusat. Prolaps tali pusat lebih sering terjadi jika tali
pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Myles melaporkan hasil
penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolap tali pusat
berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan
Prognosis janin bergantung pada beberapa faktor berikut :
· Angka kematian untuk bayi prematur dengan prolaps tali
pusat hampir 4 kali lebih tinggi daripada bayi aterm.
·
Bila gawat janin Prolaps tali pusat merupakan komplikasi
yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi dapat
mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan keputusan
yang matang dan pengelolaan segera.
Prolapsus tali pusat
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
·
Tali
pusat terkemuka atau terdepan, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah
janin dan ketuban masih intak atau
jika tali pusat berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis
servikalis, dan
lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum
pecah
·
Tali pusat menumbung, disebut juga prolapsus funikuli
adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada di samping dan melewati bagian
terendah janin di dalam jalan lahir, bila tali pusat keluar melalui ketuban
yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.
·
Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian
terendah janin turun ke vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban
dapat pecah atau tidak.
Insiden
Prolaps Tali Pusat
Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada
janin sekitar 11-17 %. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000
kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1 : 200 kelahiran, tetapi insiden
dari occult prolapse 50 % tidak diketahui,
antara lain :
1.
0,5 % pada presentasi kepala
2.
5 % letak sungsang
3.
15 % pada presentasi kaki
4.
20 % letak lintang
Beberapa kejadian occult prolapse
menyebabkan satu atau lebih kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat.
Prolaps tali pusat lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika
plasenta letak rendah. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan
dunia bahwa angka kejadian prolap tali pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 %
persalinan.
I. ANATOMI TALI PUSAT
Tali pusat terbentuk dari body stalk sebagai
peghubung antara janin dengan plasenta. Tali pusat berasal dari yolk sack dan
allantoins. Pada umur 5 minggu yolk sack mulai terbentuk untuk
memberikan nutrisi bagi janin.
Anatomi
tali pusat :
1.
Panjangnya
sekitar 45-60 cm, diameter 2 cm.
a. Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang 2 cm.
b. Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
c. Terdiri dari satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus Venosus Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior.
Fungsinya : memberikan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin
a. Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang 2 cm.
b. Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
c. Terdiri dari satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus Venosus Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior.
Fungsinya : memberikan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin
2.
Terbungkus
oleh jelly Wharton sehingga terlindung dari kemungkinan kompresi yang
akan mengganggu aliran darah dari dan menuju janin melalui retroplasenta
sirkulasi.
3.
Tali
pusat lebih panjang sehingga tampak berliku-liku dalam jelly Wharton.
Keberadaan
tali pusat mempunyai kepentingan khusus diantaranya :
1.
Tali pusat merupakan penyalur nutrisi dan O2 sehingga janin mendapat kalori
yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim.
2. Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
3. Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali pusat yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.
2. Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
3. Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali pusat yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.
J. FAKTOR PENYEBAB PROLAPS TALI
PUSAT
Faktor
dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak
terisinya secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah
janin. Faktor-faktor etiologi prolaps tali pusat meliputi beberapa faktor yang
sering berhubungan dengan ibu, janin, plasenta, tali pusat dan iatrogenik :
·
Presentasi yang abnormal, seperti letak lintang atau
letak sungsang terutama presentasi kaki
·
Prematuritas
·
Kehamilan ganda
·
Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah
janin yang tidak engage
·
Multiparitas predisposisi terjadinya malpresentasi
·
Disproporsi janin-panggul
·
Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah
janin
·
Tali pusat abnormal panjang (> 75 cm)
·
Plasenta letak rendah
·
Solusio plasenta
·
Ketuban pecah dini
·
Amniotomi Tindakan-tidakan operatif antara lain adalah
mendesak bagian-bagian bawah janin ke atas, misalnya, versi,pemasangan forseps
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan
jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak
dikoreksi komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian janin.
Obstruksi yang lengkap dari tali pusat dapat menyebabkan
dengan segera berkurangnya detak jantung janin (deselerasi variabel). Bila
obstruksinya hilang dengan cepat, detak jantung janin akan kembali normal. Akan
tetapi bila obstruksinya menetap terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan
hipoksia langsung terhadap miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang lama.
Bila dibiarkan terjadi kematian janin.
Apabila obstruksinya sebagian akan menyebabkan akselerasi
detak jantung, penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang
menghasilkan hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin.
Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis
respiratoir dan metabolik yang berat, berkurangnya oksigenasi janin brakikardia
yang menetap dan akhirnya kematian janin prolaps tali pusat tidak berpengaruh
langsung pada kehamilan atau jalan persalinan.
Diagnosis
prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa
cara yaitu antara lain :
·
Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina
·
Teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu pemeriksaan
dalam
·
Auskultasi terdengar jantung janin yang irreguler, sering
dengan bradikardi yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus
·
Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan
memperlihatkan adanya deselerasi variabel
·
Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi eksterna terhadap pintu atas panggul
menyebabkan menurunnya detak jantung secara tiba-tiba yang menandakan kompresi
tali pusat Abnormalitas detak jantung janin setelah selaput ketuban pecah atau
setelah tindakan-tindakan operatif
·
Pemeriksaan pelvis akan mendapatkan adanya tali pusat
pada kasus prolaps yang jelas-jelas keluar, akan sulit diraba bila prolapsnya
tersembunyi, misalnya tertekan oleh bahu janin
·
Teknik baru pemeriksaan USG sering dapat mendeteksi
posisi tali pusat di dalam utrus dan meramalkan adanya prolaps yang tersembunyi
Diagnosis
dini sangat penting untuk kehidupan janin. Meskipun demikian, ketrlambatan
diagnosis adalah biasa. Pada setiap gawat janin
harus segera dilakukan pemeriksaan dalam.
Penderita yang mempunyai
resiko tinggi terjadinya prolaps tali pusat harus di pantau FHR yang
berkesinambungan, yang memberi peringatan dini adanya kompresi tali pusat lebih
dari 80% kasus.
Komplikasi ibu seperti laserasi jalan lahir, ruptura uteri,
atonia uteri akibat anestesia, anemia dan infeksi dapat terjadi sebagai akibat
dari usaha menyelamatkan bayi. Kematian perinatal sekitar 20 – 30 %. Prognosis
janin membaik daengan seksio sesarea secara liberal untuk terapi prolaps tali
pusat.
dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya
cairan amnion yang terwarnai oleh mekonium, atau talipusat pulsasinya lemah,
maka prognosis janin buruk.
· Jarak antara terjadinya proplaps dan persalinan merupakan
faktor yang paling kritis untuk hidup janin.
· Dikenalnya segera prolaps memperbaiki kemungkinan janin
hidup.
· Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang
letaknya sungsang atau lintang sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini
menghapuskan perkiraan bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan pada
tali pusatnya tidak kuat.
Ditemukannya prolaps tali pusat diperlukan tindakan yang
cepat. Terapi definitif adalah melahirkan janin dengan segera.penilaian yang
cepat sangat penting untuk menentukan sikap terbaik yang akan diambil.
Persalinan pervaginam segera hanya mungkin bila pembukaan lengkap, bagian
terendah janin telah masuk panggul, dan tidak ada CPD
Bahaya terhadap ibu dan janin akan berkurang bila
dilakukan seksio sesaria daripada persalinan pervaginam yang dipaksakan pada
pembukaan yang belum lengkap. Sambil menunggu persiapan seksio sesaria tekanan
pada tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan posisi
knee chest, trendelenburg, atau posisi sim.
Sedangkan bahaya terbesar pada presentasi kepala, karena
setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan
lahir dapat mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan,
sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi
setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.
Masalah-masalah
1.Tali pusat terletak di
jalan lahir di bawah bagian presentasi janin
2. Tali pusat terlihat
pada vagina setelah ketuban pecah
Penatalaksanaan :
1. Penentuan maturitas
janin melalui anamnesis dan pemeriksaan
2. Bila janin cukup matur,
yaitu beratnya 1000 gr atau lebih usia kehamilan 28 minggu atau lebih,
melahirkan dengan cara terbaik. Standar nyang berdasarkan berat badan usia
kehamilan ini dapat dimodifikasi, tergantung kepada pengalaman institusi
morbiditas dan mortalitas bayi prematur. Ini biasanya berarti seksio sesaria. Jalur
pervaginam dapat digunakan bila serviks telah berdilatasi penuh dan terbukti
tidak ada disproporsi atau kesulitan dalam persalinan
2. Tindakan-tindakan
tambahan :
a.
Bagian terendah janin dijalan lahir didorong keatas dengan satu tangan didalam vagina
untuk membebaskan penekanan pada tali pusat dan keadaan ini dipertahankan
sampai kehamilan.
a.
Dengan alasan yanmg sama pasien diletakkan dalam posisi trendenbulrg atau knee
chest
b.
Berikan oksigen 100% dengan masker
c.
Pertahankan kehangatan dan kelembapan tali pusat dengan meletakkannya didalam
vagina dan atau merendamnya di dalam larutan salin hangat.
d.
Detak jantung janin dapat dimonitor dengan palpasi denyut tali pusat
e.
Anastesi
4. Upaya mengembalikan tali
pusat kedalam rongga uterus biasanya gagal lebih dari itu manipulasi pada tali
pusat dapat membangkitkan spasme pemnbuluh darah umbilikus dan memperbesar
resiko hipoksia janin.
2.6 Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan tali pusat
menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28
berikut ini :
a) Segera mengeringkan bayi, membungkus
kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b) Menjepit tali pusat menggunakan klem
kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.
c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
d) Memegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong
tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004).
Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah
yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya
infeksi.
2.7 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat
Perawatan tali pusat secara
intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1960an dimana pada
saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada
beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat
walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan
pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat
dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan
infeksi. Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat
berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat
terlepas dari suply darah dari ibu.
Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama
kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat
dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat
dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan
kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada
bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering
dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan
sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri Streptococcus aureus
adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi
yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya
kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti.
Selain Streptococcus aerus, bakteri Escheseria colli juga sering dijumpai
berkoloni pada tali pusat.
Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali
pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh
terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan
secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang
diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang
disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit.
2.8 Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses
perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997).
Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling
terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya
selalu bersih dan kering.
o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.
o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya
bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja
dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian
yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk
membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali
pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat
dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup
tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa
steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
2.9 Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan
dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat
digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika
tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam
waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa
tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering
dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga
yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan
sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat
belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti;
pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang
berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas
maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang
disebabkan oleh tali pusat.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya
Lepasnya Tali Pusat
Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa
ha diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat ®
disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril,
atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi
dan sebagainya.
2. Cara perawatan tali pusat ® penelitian
menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung
lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.
3. Kelembaban tali pusat ® tali pusat juga
tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.
Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar
neonatus ® Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan
atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.
3.0
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI
PUSAT
1. PENGKAJIAN
Ketika
kondisi menunjukan adanya prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina yang sering
dan perhatian yang ketat terhadap
perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian awal. Pemeriksaan
rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar dan
melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan
diulangi dalam 10-15 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama
jantung ketika terjadi prolaps tali pusat.
Aktivitas atau istirahat
Melaporkan
keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan.
Sirkulasi
Tekanan
darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya
sirkulasi dari ibu ketali pusat.
Eliminasi
Distensi usus dan kandung kemih
mungkin ada
Integritas ego
Kontaksi
melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
Keamanan
1. Pemeriksaan vagina
dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
2. Kaji adanya kelainan pada
jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit, letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin
yang terlalu kecil
Seksualitas
1. Dapat primigravida atau multipara
2. Uterus dapat distensi berlebihan karena hidramnion,
gestasi multiple, janin yang besar atau grand multpara
Pemeriksan
diagnostik
1. Tes prenatal dapat memasukan
polihidramnion, janin besar atau gestasi multipara
2. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat
3. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi
denyut jantung janin atau monotoring DJJ
4. Ultrasound atau pelvimetri sinar x,
mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi
Prioritas
keperawatan
1. Mengidentifikasi dan mengatasi
letak tali pusat abnormal
2. Lakukan reposisi tali pusat atau
sectio caseria jika diperlukan
3. Memantau perubahan denyut janin dan
respon fisik maternal atau janin terhadap kontraksi dan lamanya persalinan
4. Memberikan dukungan emosional dan
mencegah komplikasi
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukaran gas b.d aliran
darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi)
2. Ketakutan ; kecemasan b.d krisis
situasi, ancaman yang dirasakan pada klien atau janin, penyimpangan yang tidak
diantisipasi dari harapan
3. Resiko cidera terhadap janin b.d
hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu
4. Koping individu tidak efektif b.d
komplikasi persalinan
5. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
I : Kerusakan
pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat
(prolaps)
dibuktikan dengan : Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali
pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
yang diharapkan : Menunjukkan DJJ dalam batas normal,
menaifestasikan variabilitis pada strip pemantau, bebas dari deselerasi lambat
dan menunjukkan perilaku yang meningkatkan keamanan janin
IINTERVENSI
|
Rasional
|
· Perhatikan maturitas janin
berdasarkan riwayat klien, dan pengukuran uterus
· Lakukan meniver Leapold dan
pemeriksaan vagina, steril, perhatikan presentasi dan posisi janin.
Posisikan
klien telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang
ditopang dengan bantal
· Perhatikan adanya pada pada ibu
faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhi sirkulasi plasenta dan
oksigenasi janin
· Gunakan EFM (electronic fatal
monitoring) 15-20 mnt sebelum prosedur induksi
· Lanjutkan pemantauan DJJ,
perhatikan perubahan denyut per denyut deselrasi selama dan setelah kontraksi
· Perhatikan adanya variabel
deselarasi, perubahan posisi klien dari sisi ke sisi
· Perhatikan warna dan jumlah cairan
amnion bila pecah ketuban pecah
· Kaji reaksi DJJ terhadap
kontruksi, perhatikan bradikardi atau deselerasi lambat
·
Auskultasi jantung janin bila
pecah ketuban
· Pantau
respon jantung janin untuk obat pra operasi atau anastesi regional
|
· Usia gestasi janin harus 36 minggu atau lebih untuk
dilakukan induksi persalinan
· Menentukan kelainan pada letak jantung apakah presentasi
verteks, presentasi bokong dll
Membantu
mendapatkan strip pemantauan janin eksternal adekuat untuk mengevaluasi pola
kontraksi dan irama jantung janin
· Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta
menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin
· Menentukan kesejahteraan janin dan memberikan pengkajian
dasar DJJ dan aktivitas uterus
· Distress janin dapat terjadi karena hipoksia mungkin
dimanifestasikan dengan penurunan viabilitas, deselerasi lambat, dan
takikardia yang diikuti dengan bradikardai
· Kompres tali pusat diantara jalan lahir dan bagian
presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan posisi
·
Distress janin pada presentasi verteks dimanifestasikan
dengan kandungan mekonium yang merupakan akibat dari respon vagal pada
hipoksia
·
Pengkajian yang tepat perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia. Rentang normal DJJ adalah
120-160 dpm
· Prolaps
terlihat atau samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi servik penuh dapat memerlukan kelahiran
sesaria
· Narkotik biasanya menurunkan variabilitas DJJ dan
memerlukan pemberian naloksoa (narcan) setelah melahirkan untuk memperbaiki
depresi pernafasan narkotik. Hipotensi maternal pada respon terhadap
Anastasia secara umum menyebabkan bradikardi janin sementara, menurunkan
variabilitas dan tidur
|
diagnosa
2 : Ketakutan
; kecemasan b.d krisis situasi, anacaman yang dirasakan pada klien/janin,
penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan
Tuj tujuan : Ansietas pada klien dapat teratasi
kriteria
Hasil : Perubahan
DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada
pemeriksaan vagina
yang
diharapkan : Klien dapat menggunakan sistem pendukung secara efektif
Melaporkan
ansietas berkurang dan atau teratasi
Klien
tampak rileks
Menyelesaikan
persalinan denagn sukses
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
· Kaji status psikologis dan
emosional
·
Anjurkan pengungkapan perasaan
gunakan
terminologis positif ; hindari penggunaan istilah yang menandakan
abnormalitas prosesdur atau proses
·
Dengarkan keterangan klien yang
dapat menandakan kehilangan harga diri
·
Berikan kesempatan pada klien
untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusan
·
Anjurkan
penggunaan atau kontinuitas teknik pernafasan dan latihan relaksasi
|
·
Adanya gangguan kemajuan normal
dari persalinan dapat memperberat perasaan ansietas dan kegagalan. Perasaan ini dapat
mengganggu kerja sama klien dan menghalangi proses induksi
·
Klien mungkin takut atau tidak memahami
dengan jelas kebutuhan terhadap induksi persalinan. Rasa gagal karena tidak
mampu melahirkan secara alamiah dapat terjadi
·
Membantu klien pasangan menerima
situasi tanpa menuduh diri sendiri
·
Klien dapat meyakinkan bahwa adanya intervensi untuk
membantu proses persalinan adalah refleksi negatif pada kemampuan dirinya
sendiri
·
Meningkatkan rasa kontrol klien
meskipun kebanyakan dari apa yang telah terjadi diluar kontrolnya
·
Menurunkan ansietas, memungkinkan
klien untuk berpartisipasi secara aktif
|
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tali pusat atau funiculus
umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan.
Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan
menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.
-Letak : Funiculus
umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus
fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Bentuk :
Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah
plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan
diameternya 1-2 cm.
-Stuktur Tali Pusat yaitu :
Amnion, Tiga pembuluh darah (satu vena umbilicalis dan dua arteri umbilicalis),
Jeli Wharton.
-Sirkulasi tali pusat yaitu
Darah yang dibawa ke fetus melalui vena tali pusat mengandungi oksigen dan
nutrien. Darah yang dibawa dari fetus ke vilus melalui arteri tali pusat pula
mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini harus
disingkirkan. Darah ibu yang sampai ke plasenta melalui arteri umbilicalis
mengandungi nutrien dan oksigen. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini
dibawa melalui vena yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya,
darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri dalam tali pusat
mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea.
-Fungsi tali pusat yaitu :
Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin
sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang
sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang
akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
-Kelainan Letak Tali Pusat.
Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal
plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti : Insersi
tali pusat Battledore dan Insersi tali pusat Velamentous.
-Pemotongan tali pusat
menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28
berikut ini :
a) Segera mengeringkan bayi, membungkus
kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira
3 cm dari umbilikus bayi.
c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
d) Memegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong
tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004).
-Perawatan Tali Pusat
Hal yang paling terpenting dalam membersihkan
tali pusat adalah :
o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya
selalu bersih dan kering.
o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.
o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya
bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air.
o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat
dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.
-Lama waktu Terlepasnya Tali
Pusat. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump),
akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu,
meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya
Lepasnya Tali Pusat
Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa
ha diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat
2. Cara perawatan tali pusat
3. Kelembaban tali pusat
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar
neonatus
-Lilitan tali pusat pada
janin. Janin terlilit tali pusat, sebenarnya tidak begitu membahayakan. Tapi
kenyataannya ada janin meninggal saat persalinan karena terlilit tali pusat.
Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar 20% dari persalinan normal. Sedangkan
lilitan tali pusat dua kali di leher, dijumpai pada 2,5% persalinan dan hanya
0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga kali di leher.
o Penyebab ® Usia kehamilan, Polihidramnion,
Panjangnya tali pusat.
o Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
- Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari
34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki
pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
- Pada janin letak sungsang atau lintang yang
menetap.
- Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG
khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali
pusat.
- Dalam proses persalinan pada bayi dengan
lilitan tali pusat yang erat.
o Penatalaksaan ® memberikan oksigen pada ibu
dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan
detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera
diakhiri dengan tindakan operasi Cesar.
DAFTAR
PUSTAKA
Sarwono
prawiroharjo,2014 ‘’ILMU KEBIDANAN’’jakarta : PT Bina pustaka
FK universitas
padjajaran bandung, 1998 ‘’ OBSTETRI PATOLOGI’’ Bandung, Elstar Offset
Mitayani. 2009. Asuhan
Keperawatan Maternitas, Jakarta: Salemba Medika.
Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri
Williams. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta:YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan.
Jakarta:YBBSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar