SELAMAT DATANG DI BLOG KEPERAWATAN SEMOGA ILMU YANG SAYA BAGIKAN DAPAT BEERMANFAAT BAGI ANDA SEMUA

Jumat, 12 Juni 2015

MAKALAH KELAINAN TALI PUSAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii, maka terbentuklah zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi dau, mepat, delapan, enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula. Di dalam morula terdapat rongga yang disebut blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkan oleh tuba fallopii, bentuk ini disebut blastosit. Lapisan terluar blastosit disebut troboplas, yang merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon plasenta, sedangkan masa didalamnya disebut simpul embrio (embrionik klot) yang merupakan calon janin. Blastosit ini berjalan menuju uterus untuk mengadakan implantasi. Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat atau funiculus umbilicalis.
Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.

B. Tujuan
1.Tujuan Umum.
            Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan tentang macam macam kelainan tali pusat.
2.  Tujuan Khusus
a.  Dapat menjelaskan tanda-tanda bayi terlilit tali pusat.
b. Dapat menyebutkan penyebab terjadinya lilitan tali pusat.
c. Dapat menjelaskan cara mengatasi lilitan tali pusat
d. Dapat menjelaskan apa itu prolaps tali pusat





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
-Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta.
-Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
-Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm. Hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.

2.2 Stuktur Tali Pusat
-Amnion : Menutupi funiculus umbicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ektoderm.
-Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
- Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
- Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
-Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.

2.3 Fungsi Tali Pusat
Fungsi tali pusat yaitu :
-Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
-Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.

2.4 Sirkulasi Tali Pusat
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.



                          Gambar 1.1 Letak janin dalam kandungan ibu

Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.


2.5 Kelainan Letak Tali Pusat

Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti :

1. Insersi tali pusat Battledore  : Pada kasus ini tali pusat terhubung ke palin pinggir plasenta seperti bentuk bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
2. Insersi tali pusat Velamentous :  Tali pusat berinsersi ke dalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.


A. lilitan tali pusat
            Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk lilitan sekitar badan ,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi. Keadaan ini dijumpai pada ait ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan bayinya yang kecil.
            Tali pusat atau Umbilical cord  adalah  saluran kehidupan bagi janin selama  dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. (Sarwono, 2008). 
            Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. (Sarwono, 2008). 
Tali pusat sangatlah penting. Janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Tali pusat dapat membentuk lilitan sekitar badan, bahu, tungkai atas / bawah, leher. Keadaan ini dijumpai pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan bayinya yang kecil.
            Sebenarnya lilitan tali pusat tidaklah terlalu membahayakan namun, menjadi bahaya ketika memasuki proses persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter, juga menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi hipoksia.

B.  Etiologi
            Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya kehamilan janin belum memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan jumlah air ketuban berlebihan ( polihidramnion) kemungkinan bayi terlilit tali pusat.
            Tali   pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 – 60 cm, namun tiap bayi mempunyai tali pusat bebeda-beda. Dikatakan panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika kurang dari 30 cm.
            Puntiran tali pusat secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi pada trimester pertama dan kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat terhambat total. Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi bergerak bebas.
            Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia / kekurangan oksigen.

C. Diagnosa
            Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
1.      Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
2.      Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
3.      Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4.      Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
5.      Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )

D. Penyebab Bayi Meninggal Karena Tali Pusat
1.     Puntiran tali pusat secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi pada trimester pertama dan kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat terhambat total. Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi bergerak bebas.
2.     Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia / kekurangan oksigen.

E. Tanda- Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat
1.     Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala / bokong) belum memasuki bagian atas rongga panggul.
2.     Pada janin letak sungsang / lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha memutar janin (versi luar / knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
3.     Tanda penurunan DJJ dibawah normal, terutama pada saat kontraksi.

#gambar diambil dari USG

F. Cara Mengatasinya
1.     Memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dengan DJJ akan semakin lambat (Bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan operasi Caesar.
2.     Melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah ada gambaran tali pusat disekitar leher. Namun tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna (Coller Doppen) atau USG tiga dimensi, dan dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak dileher, atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut.( Conectique.com >> Pregnancy : Waspadai ,Janin Terlilit  Tali Pusat )
3.     Dalam pimpinan persalinan terutama kala dua observasi, DJJ sangatlah penting segera setelah his dan refleks mengejan. Kejadian distress janin merupakan indikasi untuk menyelesaikan persalinan sehingga bayi dapat diselamatkan. Jika tali pusat melilit longgar dileher bayi, lepaskan melewati kepala bayi namun jika tali pusat melilit erat dileher, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat, kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan segera. Dalam situasi terpaksa bidan dapat melakukan  pemotongan tali pusat pada waktu pertolongan persalinan bayi.

G.  Penatalaksanaan
            Melakukan pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah ada gambaran tali pusat disekitar leher. Namun tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna (Coller Doppen) atau USG tiga dimensi, dan dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak dileher, atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut.

H. PROLAPS TALIPUSAT
          Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang matang dan pengelolaan segera.
Prolapsus tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
·         Tali pusat terkemuka atau terdepan, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan ketuban masih intak atau jika tali pusat berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, dan lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum pecah
·         Tali pusat menumbung, disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.
·         Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.
Insiden Prolaps Tali Pusat
Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar 11-17 %. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1 : 200 kelahiran, tetapi insiden dari occult prolapse 50 % tidak diketahui, antara lain :
1.      0,5 % pada presentasi kepala
2.      5 % letak sungsang
3.      15 % pada presentasi kaki
4.      20 % letak lintang
Beberapa kejadian occult prolapse menyebabkan satu atau lebih kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat. Prolaps tali pusat lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolap tali pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan

          Prognosis janin bergantung pada beberapa faktor berikut :
·         Angka kematian untuk bayi prematur dengan prolaps tali pusat hampir 4 kali lebih tinggi daripada bayi aterm.
·         Bila gawat janin Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang matang dan pengelolaan segera.
Prolapsus tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
·         Tali pusat terkemuka atau terdepan, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan ketuban masih intak atau jika tali pusat berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, dan lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban masih intak atau belum pecah
·         Tali pusat menumbung, disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.
·         Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.
Insiden Prolaps Tali Pusat
Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar 11-17 %. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1 : 200 kelahiran, tetapi insiden dari occult prolapse 50 % tidak diketahui, antara lain :
1.      0,5 % pada presentasi kepala
2.      5 % letak sungsang
3.      15 % pada presentasi kaki
4.      20 % letak lintang
Beberapa kejadian occult prolapse menyebabkan satu atau lebih kejadian dengan diagnosa kompresi tali pusat. Prolaps tali pusat lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolap tali pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan.
I.     ANATOMI TALI PUSAT
Tali pusat terbentuk dari body stalk sebagai peghubung antara janin dengan plasenta. Tali pusat berasal dari yolk sack dan allantoins. Pada umur 5 minggu yolk sack mulai terbentuk untuk memberikan nutrisi bagi janin.
Anatomi tali pusat :
1.      Panjangnya sekitar 45-60 cm, diameter 2 cm.
a. Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang 2 cm.
b. Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
c. Terdiri dari satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus Venosus Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior.
Fungsinya : memberikan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin
2.      Terbungkus oleh jelly Wharton sehingga terlindung dari kemungkinan kompresi yang akan mengganggu aliran darah dari dan menuju janin melalui retroplasenta sirkulasi.
3.      Tali pusat lebih panjang sehingga tampak berliku-liku dalam jelly Wharton.


Keberadaan tali pusat mempunyai kepentingan khusus diantaranya :
1. Tali pusat merupakan penyalur nutrisi dan O2 sehingga janin mendapat kalori yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim.
2. Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
3. Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali pusat yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.

J.     FAKTOR PENYEBAB PROLAPS TALI PUSAT    
Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak terisinya secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Faktor-faktor etiologi prolaps tali pusat meliputi beberapa faktor yang sering berhubungan dengan ibu, janin, plasenta, tali pusat dan iatrogenik :
·         Presentasi yang abnormal, seperti letak lintang atau letak sungsang terutama presentasi kaki
·         Prematuritas
·         Kehamilan ganda
·         Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak engage
·         Multiparitas predisposisi terjadinya malpresentasi
·         Disproporsi janin-panggul
·         Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin
·         Tali pusat abnormal panjang (> 75 cm)
·         Plasenta letak rendah
·         Solusio plasenta
·         Ketuban pecah dini
·         Amniotomi Tindakan-tidakan operatif antara lain adalah mendesak bagian-bagian bawah janin ke atas, misalnya, versi,pemasangan forseps

Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian janin.
Obstruksi yang lengkap dari tali pusat dapat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak jantung janin (deselerasi variabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat, detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi bila obstruksinya menetap terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang lama. Bila dibiarkan terjadi kematian janin.
Apabila obstruksinya sebagian akan menyebabkan akselerasi detak jantung, penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin. Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis respiratoir dan metabolik yang berat, berkurangnya oksigenasi janin brakikardia yang menetap dan akhirnya kematian janin prolaps tali pusat tidak berpengaruh langsung pada kehamilan atau jalan persalinan.

Diagnosis
 prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara yaitu antara lain :
·         Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina
·         Teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu pemeriksaan dalam
·         Auskultasi terdengar jantung janin yang irreguler, sering dengan bradikardi yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus
·         Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkan adanya deselerasi variabel
·         Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi eksterna terhadap pintu atas panggul menyebabkan menurunnya detak jantung secara tiba-tiba yang menandakan kompresi tali pusat Abnormalitas detak jantung janin setelah selaput ketuban pecah atau setelah tindakan-tindakan operatif
·         Pemeriksaan pelvis akan mendapatkan adanya tali pusat pada kasus prolaps yang jelas-jelas keluar, akan sulit diraba bila prolapsnya tersembunyi, misalnya tertekan oleh bahu janin
·         Teknik baru pemeriksaan USG sering dapat mendeteksi posisi tali pusat di dalam utrus dan meramalkan adanya prolaps yang tersembunyi

Diagnosis dini sangat penting untuk kehidupan janin. Meskipun demikian, ketrlambatan diagnosis adalah biasa. Pada setiap gawat janin  harus segera dilakukan pemeriksaan dalam.
Penderita yang mempunyai resiko tinggi terjadinya prolaps tali pusat harus di pantau FHR yang berkesinambungan, yang memberi peringatan dini adanya kompresi tali pusat lebih dari 80% kasus.
          Komplikasi ibu seperti laserasi jalan lahir, ruptura uteri, atonia uteri akibat anestesia, anemia dan infeksi dapat terjadi sebagai akibat dari usaha menyelamatkan bayi. Kematian perinatal sekitar 20 – 30 %. Prognosis janin membaik daengan seksio sesarea secara liberal untuk terapi prolaps tali pusat.
dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya cairan amnion yang terwarnai oleh mekonium, atau talipusat pulsasinya lemah, maka prognosis janin buruk.
·         Jarak antara terjadinya proplaps dan persalinan merupakan faktor yang paling kritis untuk hidup janin.
·         Dikenalnya segera prolaps memperbaiki kemungkinan janin hidup.
·         Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang letaknya sungsang atau lintang sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini menghapuskan perkiraan bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan pada tali pusatnya tidak kuat.
Ditemukannya prolaps tali pusat diperlukan tindakan yang cepat. Terapi definitif adalah melahirkan janin dengan segera.penilaian yang cepat sangat penting untuk menentukan sikap terbaik yang akan diambil. Persalinan pervaginam segera hanya mungkin bila pembukaan lengkap, bagian terendah janin telah masuk panggul, dan tidak ada CPD
Bahaya terhadap ibu dan janin akan berkurang bila dilakukan seksio sesaria daripada persalinan pervaginam yang dipaksakan pada pembukaan yang belum lengkap. Sambil menunggu persiapan seksio sesaria tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan posisi knee chest, trendelenburg, atau posisi sim.
Sedangkan bahaya terbesar pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dapat mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.

                             Masalah-masalah
1.Tali pusat terletak di jalan lahir di bawah bagian presentasi janin
2. Tali pusat terlihat pada vagina setelah ketuban pecah
Penatalaksanaan :
1.      Penentuan maturitas janin melalui anamnesis dan pemeriksaan
2.      Bila janin cukup matur, yaitu beratnya 1000 gr atau lebih usia kehamilan 28 minggu atau lebih, melahirkan dengan cara terbaik. Standar nyang berdasarkan berat badan usia kehamilan ini dapat dimodifikasi, tergantung kepada pengalaman institusi morbiditas dan mortalitas bayi prematur. Ini biasanya berarti seksio sesaria. Jalur pervaginam dapat digunakan bila serviks telah berdilatasi penuh dan terbukti tidak ada disproporsi atau kesulitan dalam persalinan

2.      Tindakan-tindakan tambahan :
a. Bagian terendah janin dijalan lahir didorong keatas dengan satu tangan didalam vagina untuk membebaskan penekanan pada tali pusat dan keadaan ini dipertahankan sampai kehamilan.
a.       Dengan alasan yanmg sama pasien diletakkan dalam posisi trendenbulrg atau knee chest
b.      Berikan oksigen 100% dengan masker
c.       Pertahankan kehangatan dan kelembapan tali pusat dengan meletakkannya didalam vagina dan atau merendamnya di dalam larutan salin hangat.
d.      Detak jantung janin dapat dimonitor dengan palpasi denyut tali pusat
e.       Anastesi

4.      Upaya mengembalikan tali pusat kedalam rongga uterus biasanya gagal lebih dari itu manipulasi pada tali pusat dapat membangkitkan spasme pemnbuluh darah umbilikus dan memperbesar resiko hipoksia janin.


2.6 Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini :
a) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.
c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
d) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004).
Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

2.7 Fisiologi Lepasnya Tali Pusat
Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari ibu.
Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri Streptococcus aureus adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain Streptococcus aerus, bakteri Escheseria colli juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.
Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit.

2.8 Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.
o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.

2.9 Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat

Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat ® disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/ gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.
2. Cara perawatan tali pusat ® penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.
3. Kelembaban tali pusat ® tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus ® Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.






3.0  RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI PUSAT

1. PENGKAJIAN
Ketika kondisi menunjukan adanya prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina yang sering dan perhatian yang ketat  terhadap perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian awal. Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar dan melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan diulangi dalam 10-15 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama jantung ketika terjadi prolaps tali pusat.
Aktivitas atau istirahat
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan.
Sirkulasi
Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya sirkulasi dari ibu ketali pusat.
Eliminasi
          Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada
Integritas ego
          Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
Keamanan
1.      Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
2.      Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit, letak  lintang, letak  sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil
Seksualitas
1.      Dapat  primigravida atau multipara
2.      Uterus  dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple, janin yang besar atau grand multpara
Pemeriksan diagnostik
1.     Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi multipara
2.     Pemeriksaan vagina  menunjukkan perubahan posisi tali pusat
3.     Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut  jantung janin atau monotoring DJJ
4.     Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi

Prioritas keperawatan
1.     Mengidentifikasi dan mengatasi letak  tali pusat abnormal
2.     Lakukan reposisi tali pusat atau sectio caseria jika diperlukan
3.     Memantau perubahan denyut janin dan respon fisik maternal atau janin terhadap kontraksi dan lamanya persalinan
4.     Memberikan dukungan emosional dan mencegah komplikasi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.     Kerusakan pertukaran gas b.d aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi)
2.     Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, ancaman yang dirasakan pada klien atau janin, penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan
3.     Resiko cidera terhadap janin b.d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu
4.     Koping individu tidak efektif b.d komplikasi persalinan
5.     Resiko infeksi b.d prosedur invasive

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I :  Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolaps)
dibuktikan dengan                :  Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
yang diharapkan        : Menunjukkan DJJ dalam batas normal, menaifestasikan variabilitis pada strip pemantau, bebas dari deselerasi lambat dan menunjukkan perilaku yang meningkatkan keamanan janin



IINTERVENSI
Rasional
·         Perhatikan maturitas janin berdasarkan riwayat klien, dan pengukuran uterus
·         Lakukan meniver Leapold dan pemeriksaan vagina, steril, perhatikan presentasi dan posisi janin.
    Posisikan klien telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang ditopang dengan bantal
·         Perhatikan adanya pada pada ibu faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin
·         Gunakan EFM (electronic fatal monitoring) 15-20 mnt sebelum prosedur induksi
·         Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut per denyut deselrasi selama dan setelah kontraksi

·         Perhatikan adanya variabel deselarasi, perubahan posisi klien dari sisi ke sisi

·         Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban pecah


·         Kaji reaksi DJJ terhadap kontruksi, perhatikan bradikardi atau deselerasi lambat

·        Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban

·         Pantau respon jantung janin untuk obat pra operasi atau anastesi regional
·      Usia gestasi janin harus 36 minggu atau lebih untuk dilakukan induksi persalinan
·      Menentukan kelainan pada letak jantung apakah presentasi verteks, presentasi bokong dll

 Membantu mendapatkan strip pemantauan janin eksternal adekuat untuk mengevaluasi pola kontraksi dan irama jantung janin
·      Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin
·      Menentukan kesejahteraan janin dan memberikan pengkajian dasar DJJ dan aktivitas uterus
·      Distress janin dapat terjadi karena hipoksia mungkin dimanifestasikan dengan penurunan viabilitas, deselerasi lambat, dan takikardia yang diikuti dengan bradikardai
·      Kompres tali pusat diantara jalan lahir dan bagian presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan posisi
·      
    Distress janin pada presentasi verteks dimanifestasikan dengan kandungan mekonium yang merupakan akibat dari respon vagal pada hipoksia
·       
    Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia. Rentang normal DJJ adalah 120-160 dpm
·        Prolaps terlihat atau samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi  servik penuh dapat memerlukan kelahiran sesaria
·      Narkotik biasanya menurunkan variabilitas DJJ dan memerlukan pemberian naloksoa (narcan) setelah melahirkan untuk memperbaiki depresi pernafasan narkotik. Hipotensi maternal pada respon terhadap Anastasia secara umum menyebabkan bradikardi janin sementara, menurunkan variabilitas dan tidur


diagnosa 2   :    Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, anacaman yang dirasakan pada klien/janin, penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan

Tuj                    tujuan          :    Ansietas pada klien dapat teratasi

kriteria Hasil    :   Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina

yang diharapkan  :         Klien dapat menggunakan sistem pendukung secara efektif
                                   Melaporkan ansietas berkurang dan atau teratasi
                                   Klien tampak rileks
                                   Menyelesaikan persalinan denagn sukses
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
·     Kaji status psikologis dan emosional




·   
   Anjurkan pengungkapan perasaan



gunakan terminologis positif ; hindari penggunaan istilah yang menandakan abnormalitas prosesdur atau proses
·    
     Dengarkan keterangan klien yang dapat menandakan kehilangan harga diri


·        Berikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusan
·        
    Anjurkan penggunaan atau kontinuitas teknik pernafasan dan latihan relaksasi

·   Adanya gangguan kemajuan normal dari persalinan dapat memperberat perasaan ansietas  dan kegagalan. Perasaan ini dapat mengganggu kerja sama klien dan menghalangi proses induksi
·    
  Klien mungkin takut atau tidak memahami dengan jelas kebutuhan terhadap induksi persalinan. Rasa gagal karena tidak mampu melahirkan secara alamiah dapat terjadi
·       Membantu klien pasangan menerima situasi tanpa menuduh diri sendiri

·
Klien dapat  meyakinkan bahwa adanya intervensi untuk membantu proses persalinan adalah refleksi negatif pada kemampuan dirinya sendiri
·      
   Meningkatkan rasa kontrol klien meskipun kebanyakan dari apa yang telah terjadi diluar kontrolnya
·     
    Menurunkan ansietas, memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif








BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.
-Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicus fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40-50 cm dan diameternya 1-2 cm.
-Stuktur Tali Pusat yaitu : Amnion, Tiga pembuluh darah (satu vena umbilicalis dan dua arteri umbilicalis), Jeli Wharton.
-Sirkulasi tali pusat yaitu Darah yang dibawa ke fetus melalui vena tali pusat mengandungi oksigen dan nutrien. Darah yang dibawa dari fetus ke vilus melalui arteri tali pusat pula mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini harus disingkirkan. Darah ibu yang sampai ke plasenta melalui arteri umbilicalis mengandungi nutrien dan oksigen. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea.
-Fungsi tali pusat yaitu : Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
-Kelainan Letak Tali Pusat. Tali pusat secara normal berinsersi di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti : Insersi tali pusat Battledore dan Insersi tali pusat Velamentous.
-Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini :

a) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
b) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.
c) Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
d) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem. (JNPKR, Depkes RI, 2004).

-Perawatan Tali Pusat
Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
o Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
o Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.
o Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air.
o Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.
-Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat
Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat
2. Cara perawatan tali pusat
3. Kelembaban tali pusat
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus
-Lilitan tali pusat pada janin. Janin terlilit tali pusat, sebenarnya tidak begitu membahayakan. Tapi kenyataannya ada janin meninggal saat persalinan karena terlilit tali pusat. Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar 20% dari persalinan normal. Sedangkan lilitan tali pusat dua kali di leher, dijumpai pada 2,5% persalinan dan hanya 0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga kali di leher.
o Penyebab ® Usia kehamilan, Polihidramnion, Panjangnya tali pusat.
o Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
- Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
- Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap.
- Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
- Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat.
o Penatalaksaan ® memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan tindakan operasi Cesar.




DAFTAR PUSTAKA

Sarwono prawiroharjo,2014 ‘’ILMU KEBIDANAN’’jakarta : PT Bina pustaka
FK universitas padjajaran bandung, 1998 ‘’ OBSTETRI PATOLOGI’’ Bandung, Elstar Offset
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta: Salemba Medika.
Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar