BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api
(secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak
langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar resusitasi pada trauma
dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil
mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi
kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami
trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan
resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yang mungkin
terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia jantung.
Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan/ mengeluarkan penderita dari lingkungan
trauma panas juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal.
1.2.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Pertolongan Pertama
Pada Luka Bakar dan Tersiram Air Panas” diantaranya adalah :
1. Memberikan penjelasan tentang luka
bakar dan tersiram air panas
2. Memberikan penjelasan tentang
jenis-jenisnya
3. Memberikan penjelasan tentang
cara penanganannya
4. Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
boleh dilakukan taupun yang tidak boleh dilakukan
1.3.Manfaat
Manfaat dari pembuatan pembuatan makalah yang berjudul
“Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar dan Tersiram Air Panas” diantaranya adalah
:
1. Mahasiswa dapat mengetahui
pengertian luka bakar dan tersiram air panas
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami jenis-jenisnya
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara penanganannya
4. Mahasiswa mengetahui
hal-hal yang boleh dilakukan taupun yang tidak boleh dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
A. Luka bakar (combustio/burn)
Luka bakar adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung
atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat
kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). Luka bakar merupakan bahaya yang
potensil terjadi di setiap rumah tangga; banyak laporan menunjukkan, luka bakar
oleh karena air panas/cairan panas adalah jenis yang paling sering terjadi pada
anak.
Bayi dan anak kecil lebih rentan terkena sebab rasa ingin
tahu yang besar serta kulit mereka yang sangat sensitif. Luka bakar yang kecil
biasanya dapat ditangani dengan aman di rumah, tapi luka bakar yang cukup luas
tentu saja memerlukan perawatan medis. Yang penting ialah melakukan tindakan
pencegahan sederhana di rumah.
B. Tersiram air panas
Lepuh disebabkan oleh cairan panas dan menyebabkan kerusakan pada
bagian epidermis saja, dengan pembentukan vsikel berisi air dan pengelupasan
kulit. Namun anak yang masih kecil kadang mengalami keusakan seluruh ketebalan
kulit akibat lepuh minor. Ada alasan kuat yang membatasi suhu maksimum air
panas dirumah hanya sampai 54o C (129o F). kebanyakan lepuh terjadi di dapur :
orang tua harus diberi tahu untuk menggunakan ketel listrik dengan gulungan
lengkungan kawat pendek yang menurunkan risiko anak meraih dan, menarik ketel.
2.2. Etiologi
Menurut dr Sunarso K, Sp B (2009) panas bukan merupakan
satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan arus
listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar.
Menurut A.A.GN. Asmarajaya (2003), berdasarkan perjalanan
penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini masalah yang ada
berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan
sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termis yang bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah
syok berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan
dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh
yang disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah
terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah
timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan
deformitas lainnya.
2.3. Klasifikasi
Perhatikan kondisi luka yang dialami anak jika tersiram air panas.
Luka tersiram air panas termasuk luka bakar. Untuk memudahkan perawatan, perlu
juga diketahui beratnya luka bakar tersebut. Tentukan berat ringannya, beratnya
luka bakar dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
Gambar 1. Lapisan
kulit normal dengan apendisesnya
Gambar 2. Kedalaman luka bakar
1.
Luka bakar derajat satu , jika
kulit yang tersiram air panas memerah dan terasa nyeri. Biasanya, sembuh dalam
waktu seminggu.
Gambar 3. Luka bakar
derajat I
2.
Luka bakar derajat dua , bila
kulit memerah, nyeri, serta timbul juga gelembung (melepuh). Ini berarti ada
kerusakan pada lapisan kulit, otot, dan lemak. Umumya, bisa sembuh dalam waktu
dua minggu, bila tanpa infeksi.
Gambar 4. Luka bakar
derajat II
3. Luka bakar derajat
tiga , kalau timbul kerusakan yang lebih dalam lagi. Badan yang terkena akan
tampak hangus atau kehitaman.
Gambar 5. Luka
bakar derajat III
2.4. Penanganan Luka Bakar
A. Hal-hal yang boleh
dilakukan:
1. Bukalah pakaian
Lepaskan semua atribut yang
melekat, kecuali yang melekat di luka bakar. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam penanganan medis nantinya. Dan juga untuk menurunkn suhu
tubuh, terutama jika luka bakar akibat panas lingkungan.
2. Siram dengan air bersih
Ini bertujuan untuk melokalisir
kerusakan jaringan agar tidak luas. Siram dengan air mengalir atau celupkan
langsung ke bak mandi selama ± 10-15 menit, tergantung keadaan. Luka bakar
akibat apapun inilah perawatan pertamanya. Jika terbakar akibat bahan kimia,
air dapat sebagai penetral dari bahan asam atau basa tersebut. Namun paada luka
bakar berat, bukan berarti harus disiram dengan air lebih lama. Justru
sebaliknya, siram air secukupnya dan usahakan segera mendapatkan tindakan
medis.
3. Mendapat perawatan medis
secepatnya
Pada luka bakar berat, perlu
mendapat perawatan medis sesegera mungkin, karena luka bakar akan mengkerut.
Pada kasus tertentu, luka bakar akan berakibat pada tertutupnya jalan nafas,
jika ini terjadi lama, bisa menyebabkan kematian. Selain itu tubuh juga
kekurangan cairan, oleh sebab itu memerlukan cairan infuse agar tidak dehidrasi
B. Hal-hal yang tidak boleh
dilakukan :
1. Jangan melumuri dengan
kecap, margarine, salep, dan lain-lain.
Pasien dengan luka bakar yang
datang kerumah sakit tidak jarang sudah dalam keadaan dilumuri kecap atau
mentega, mereka beranggapan ini akan mengurangi panas dan nyeri. Ini
menyulitkan dokter untuk melakukan tindakan medis karena bahan tersebut
mengganggu proses pengobatan nantinya.
2. Jangan diperban
Pembalutan yang salah justru
akan memperparah keadaan. Selain itu justru akan mempersulit proses pembersihan
luka. Memang perban diperlukan untuk kasus tertentu, namun sebaiknya dlakukan
oleh paramedic. Dalam kasus luka bakar ada 2 pilihan perawatan dibalut atau
tidak.
3. Jangan menekuk tubuh
Posisi tubuh harus dalam
menjauhi pusat luka, missal tangan, jari _ jari harus dalam keadaan terbuka,
tidak boleh menggenggam.
2.5. Penanganan Tersiram Air Panas
A. Hal-hal dilakukan
1. Jangan panik
a. Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup
pakaian langsung siram secara perlahan dengan air dingin selama 10 menit.
b. Bila yang tersiram adalah yang tertutup pakaian siram
langsung bagian tersebut, setelah itu baru buka pakaian si kecil dengan
hati-hati. Bila sulit dilakukan gunting pakaian lalu siram lagi bagian yang
terluka dengan air dingin.
c. Kompreslah dengan kain bersih yang telah dicelupkan
pada air dingin sampai rasa sakit berkurang.
d. Tutup atau balut bagian tubuh yang luka dengan
kasa steril untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya
oleskan salep khusus luka lepuh. Jangan balut terlalu kencang, balutan harus
melewati bagian yang terluka
2. Rendam bagian tubuh yang tersiram air
panas selama 15-20 menit didalam air yang sejuk bukan air dingin, misalnya air
kran. Air sejuk akan menghambat perluasan kerusakan jaringan dan juga sebagai
pereda nyeri sementara.
B. Yang tidak boleh dilakukan
a. Jangan mengobati luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi,
kecap, mentega dan lain-lain karena dapat mengakibatkan infeksi dan membekas.
b. Jangan membalut luka dengan kapas karena akan melekat pada
luka. Untuk luka bakar ringan (kemerahan tanpa melepuh) tidak perlu di tutup,
untuk luka bakar sedang bisa ditutup dengan balutan kering atau kasa steril.
c. Jangan memecahkan gelembung kulit yang timbul akibat luka.
Biarkan gelembung tertutup untuk mencegah infeksi.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah,
Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap.
2. Analisa gas darah (bila diperlukan).
3. Rontgen : Foto Thorax
4. EKG
5. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada
luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
BAB III
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
3. KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
1.Perawatan Luka Bakar Selama Fase
Darurat/Resusitasi
a. Pengkajian
1) Kaji
luas, kedalaman luka bakar.
2) Vital
sign.
3) Asupan
dan keluaran cairan, residu urine saat pertama kali dipasang cateter.
4) Berat
jenis urine, warna urine, pH, kadar glukosa, aseton, protein serta nilai
hemoglobbin.
5) Berat
badan, riwayat berat pra-luka bakar, alergi, imunisasi tetanus, masalah medik
serta bedah pada masa lalu, penyakit sekarang dan penggunaan obat.
6)
Tingkat kesadaran, status fisiologik, tingkat nyeri serta kecemasan dan
perilaku klien.
b. Diagnosa keperawatan
1) Kurang
volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
2) Hipotermia
yang berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
3) Nyeri
yang berhubungan dengan cedera jaringan serta saraf dan dampak emosional dari
luka bakar.
1.
PerencanaanDiagnosa keperawatan: Kurang volume cairan yang berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat
evaporasi dari daerah luka bakar.
|
||
Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
optimal dan perfusi organ-organ vital.
KE:
- Kadar elektrolit (N).
- Haluaran urine 0,5-1,0
ml/kg/jam.
- TD> 90/60 mmHg.
- N< 120 x/mt.
- Sensori jernih.
- Urine jernih, BJ
Normal.
|
2. Amati tanda vital, haluaran urine.
3. Beri cairan intravena dengan tepat.
4. Naikkan bagian kepala dan tinggikan ekstremitas
yang terbakar.
|
1. Resusitasi berlebihan dapat menyebabkan
kelebihan beban cairan.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
3. Meningkatkan aliran balik vena.
|
2. Hipotermia
yang berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
|
||
Pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat.
KE:
- S: 361 – 383
oC.
- Tidak ada menggigil /
gemetar.
|
1. Beri lingkungan yang hangat.
2. Bekerja dengan cepat kalau lukanya
terpajan udara dingin.
3. Kaji suhu inti tubuh dengan sering.
|
1. Mengurangi kehilangan panas lewat
evaporasi.
2. Pajanan minimal mengurangi kehilangan
panas lewat luka.
3. Deteksi dini terjadinya hipotermia.
|
3. Nyeri yang
berhubungan dengan cedera jaringan serta saraf dan dampak emosional dari luka
bakar.
|
||
Pengendalian rasa nyeri.
KE:
- Menyatakan tingkat
nyeri menurun.
- Tidak ada petunjuk
nonverbal tentang nyeri.
|
1. Kaji tingkat nyeri (skala 1-10)
2. Beri analgetik.
3. Beri dukungan emosional.
|
1. Mengevaluasi evektivitasnya tindakan
mengurangi nyeri.
2. Menurunkan nyeri.
3. Mengurangi ketakutan dan ansietas akibat
luka bakar.
|
2.
Perawatan Luka Bakar Selama Fase Akut
a.
Pengkajian
1) Kaji
perubahan hemodinamika.
2) Proses
kesembuhan luka.
3) Rasa
nyeri.
4) Respon
psikososial.
5)
Deteksi dini komplikasi.
6) Status
respirasi dan cairan.
7)
Perdarahan yang berlebihan dari pembuluh darah di dekat daerah yang menjalani
eksplorasi bedah dan debridement.
b.
Diagnosa keperawatan
1)
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan pemulihan kembali integritas
kapiler dan perpindahan cairan dari ruang interstisial ke dalam intravaskuler.
2) Risiko
terhadap infeksi yang berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya
respon imun.
3)
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka.
4)
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka bakar terbuka.
5) Nyeri
yang berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka
bakar.
6)
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri
dan kontraktur persendian.
7) Koping
tidak efektif yang berhubungan dengan perasaan takut serta ansietas, berduka
dan ketergantungan pada petugas kesehatan.
8)
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan luka bakar.
9) Kurang
pengetahuan tentang proses penanganan luka bakar.
10) PK : insufisiensi ginjal
11) PK : Perdarahan GI
12) PK : Ilius paralitik
13) PK : Sepsis
4. Evaluasi
1. Fase
Darurat/Resusitasi
1.
Pertukaran
gas kembali adekuat
2.
Perfusi
jaringan kembali adekuat
3.
Bersihan
jalan nafas kembali efektif
4.
Pemulihan
keseimbangan cairan dan elektrolit optimal
5.
Suhu
tubuh klien kembali normal (36-37˚C)
6.
Nyeri
klien berkurang
2. Fase
Akut
1.
Nyeri
klien berkurang
2.
Keseimbangan
cairan optimal
3.
Integritas
kulit membaik
4.
Pemenuhan
nutrisi adekuat
5.
Pencapaian
mobilitas fisik yang optimal
6.
Ansietas
berkurang
7.
Klien
dan keluarga paham tentang penyakitnya
8.
Resiko
infeksi tidak terjadi
9.
Tidak
terjadi komplikasi pada ginjal
10.
Tidak
terjadi perdarahan GI
11.
Tidak
terjadi komplikasi ileus paralitik
12.
Tidak
terjadi sepsis
3. Fase
Rehabilitasi
1.
Klien
mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2.
Klien
mampu beradaptasi dengan citra tubuh yang berubah
3.
Klien
dan keluarga paham tentang penyakitnya
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
3.1.Kesimpulan
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu
tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga kontak
langsung dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar biasanya dinyatakan dalam
derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar, dimana umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Prinsip penanganan luka bakar bergantung fase yang terjadi dimana
prinsip penatalaksanaan dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan lanjut,
dimana pada fase akut adalah penanggulangan syok, mengatasi gangguan
pernafasan, mengatasi infeksi, eksisi luka scar dan skin graft, pemberian
nutrisi dilakukan setelah keadaan umum pasien baik, sebelumnya pasien
dipuasakan, rehabilitasi, penaggulangan terhadap gangguan psikologis.
Sedangkan pada fase subakut atau lanjutan dilakukan manakala penanganan
fase akut yang kurang maksimal mengakibatkan perlu penanganan yang serius pada
fase subakut atau lanjutan, yang meliputi 4 sistem homeostasis, yaitu
kardiovaskuler, Renalis, Imonologi, dan Gastro Intestinal. Pemulihan tergantung
kepada kedalaman dan lokasi luka bakar. Pada luka bakar superfisial (derajat I
dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati akan mengelupas dan
lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di bawahnya.
3.2. Saran
Sebaiknya saat terjadi kecelakaan yg menyebabkan luka bakar, perlu
dilihat degan teliti keaadan lukanya dan cara-cara penanganan pertamanya yang
benar supaya tidak terjadi infeksi, jika luka terlampau parah maka segeralah
bawa ke rumah sakit, atau pelayanan kesehatan lainya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Bambang Darwono; F. Sutoko, Protokol Pengelolaan Luka Bakar,
Bagian Bedah, FK Undip/RS dr. Kariadi.
ATLS. American College of Surgeons Committee On Trauma. 1997.
First Impression. United States of America.
Basic Science of Plastic and Reconstructive Surgery. Pertemuan
ilmiah berkala trigonum plus XV. Oktober 2003.
Dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP. Memahami Luka Bakar, Penanggung
Jawab Medis Unit Luka Bakar RS Sanglah, Denpasar, Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar